Lingkungan dan Kesehatan

Aksi Selamatkan Iklim di Bandung Serukan Perlindungan Lingkungan Hidup

Akkivis menggunakan topeng Salvador Dali melakukan longmarch serukan aksi selamatkan iklim di di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jumat (5/11/2021)

SUAKAONLINE.COM – Koalisi Bandung Bersatu Selamatkan Iklim (Bandung Berisik) menggelar aksi penyelamatan dan perlindungan lingkungan hidup di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jumat (5/11/2021). Aksi ini adalah bentuk untuk menyikapi perhelatan Conference of the Parties (COP-26) yang digelar di Glasgow Skotlandia, di mana para pemimpin dunia berkumpul untuk membahas perubahan iklim.

Perwakilan dari Solar Generetion, Amel menjelaskan tema aksi kali ini Sepatu Kaca Sia (Si Punya Kuasa) adalah bentuk representasi kekuasaan yang hanya dimiliki oleh satu persen saja dari penduduk Indonesia. Ia juga mengungkapkan bahwa sikap tak acuh dari masyarakat Indonesia terkait krisis iklim akan berdampak buruk kedepannya.

“Aku sebetulnya berharap sekali kepada masyarakat untuk cepat-cepat sadar bahwa ini kita sedang berada di fase krisis, kita berada emergensi krisis iklim. Ini sudah darurat, kawan-kawan mesti berubah, mungkin kita tidak bisa mengandalkan pemerintah, tapi kita bisa mengandalkan diri sendiri, karena kepemimpinan diri sendiri yang akan membawa perubahan bagi seluruh manusia,” ujarnya, Jumat (5/11/2021).

Dirinya menyayangkan penanggulangan krisis iklim di Indonesia belum maksimal. Menurutnya pemerintah hanya berfokus pada sektor ekonomi dibandingkan lingkungan. Ia hanya bisa berharap pemerintah tak hanya melemparkan omong kosong dalam menanggapi isu krisis iklim.

Salah satu orator Pram mengatakan jika para penguasa ingin merusak bumi, kita sebagai umat manusia penerus peradaban jangan hanya tinggal diam. Menurutnya pertemuan COP-26 itu hanyalah perkumpulan para pinokio, di mana para pemimpin negara hanyalah penipu yang memberikan data palsu serta pelatihan cuci tangan pemerintah.

Ia menyebutkan telah banyak bukti akibat krisis iklim, seperti cuaca ekstrem yang mengakibatkan banjir di beberapa kota. “Bukti sudah menunjukan, kita tidak bisa lagi menganggap sebelah mata. Kita tidak bisa lagi mengaggap bahwa krisis iklim adalah fiksi. Bencana tidak mungkin datang sendiri, bencana itu diundang oleh orang-orang yang mempunyai kepentingan yang bisa merusak lingkungan,” ucapnya.

Selain itu aksi ini juga dimeriahkan oleh Ratimaya, yang menampilkan teatrikal dongeng berjudul “Mengantar Punah”. Sebuah pesan satire tentang kisah kehidupan cacing yang terbiasa untuk menyuburkan tanah, akan tetapi kehidupannya tersita karena pembangungan, yang menyebabkan hilangnya habitat mereka di tanah.

Maya berpesan Ketika makhluk hidup yang mendampingi manusia mati, maka manusia juga akan punah dengan sendirinya. “Ketika kita manusia khususnya ingin membangun sesuatu itu harusnya melihat makhluk-makhluk lain yang ada disekitarnya. Jangan sampai dia hanya memenuhi ambisi diri aja dan malah membunuh makhluk-makhluk lain yang juga nantinya akan mengantarkan manusia kepada kepunahan,” tutupnya.

Reporter         : Yopi Muharam

Redaktur        : Fuad Mutashim

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas