Kampusiana

Gebyar GenBI 2024, Zilenial dalam Ekonomi dan Revolusi Digital

CEO dan Founder Twostrap Indonesia, Sidik Nurjaman berdialog dengan audiens terkait cara membangun bisnis UMKM pada Seminar Ekonomi Gebyar GenBI Competition 2024 di Aula Abjan Soelaeman, Kampus 1 UIN Bandung, Jumat (21/6/2024). (Foto: Fitria Nuraini/Suaka).

SUAKAONLINE.COM – Generasi Bank Indonesia (GenBI) UIN SGD Bandung menyelenggarakan seminar ekonomi dengan tajuk “Meningkatkan Intelektual dalam Perekonomian Indonesia untuk Mewujudkan Ekonomi Digital yang Inklusif” di Aula Abdjan Soelaeman, Kampus 1 UIN SGD Bandung, Jumat (21/6/2024). Seminar ini merupakan acara puncak dari kegiatan Gebyar GenBI Competition 2024 yang sudah dilakukan sejak dua bulan yang lalu.

Seminar ini menghadirkan dua pemateri yaitu Manajer Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Kiki Sarah Amelia dan CEO dan Founder Twostrap Indonesia, Sidik Nurjaman. Dalam pematerian, Kiki mengungkapkan bahwa digitalisasi telah berevolusi sehingga memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam memperoleh pembiayaan ataupun bertransaksi.

“Jadi, digitalisasi yang pertama itu memudahkan, yang kedua gampang memperoleh pembiayaan. Biasanya bank-bank udah pake beberapa syarat sekarang kalau menggunakan kredit, itu syarat-syaratnya sudah disampaikan melalui aplikasi. Kemudian revolusi juga mempermudah pemasaran. Jadi penggunaan bank digital itu membuat masyarakat menjadi mudah, cepat, murah, dan aman,” jelasnya, Jumat (21/6/2024).

Lebih lanjut, pemateri kedua, Sidik Nurjaman membahas terkait peran generasi zilenial (gen-z) dalam bisnis digital. Ia juga menolak stigma negatif terhadap gen-z dalam berbisnis yang sering dipandang kurang mampu bersaing. Baginya, kemampuan setiap orang bisa dimaksimalkan ketika ada tempat dan kemauan untuk meningkatkannya.

“Gen-z dipandang sebelah mata itu hoaks. Tim saya kebanyakannya gen-z, tadi itu tinggal kita treatment-nya (perlakuan -red) aja. Bukan gen-z aja yang tidak bagus, semua era atau kategori ada aja yang tidak bagus. Tapi ada juga yang bagus. Tidak usah pake stigma itu, kamu harus punya nilai jual,” ujar Sidik.

Sejalan dengan yang disampaikan Sidik, Ketua Pelaksana, Nabiela Fitria mengatakan bahwa gen-z tidak bisa dipandang sebelah mata, karena bagi Nabiela, gen-z memiliki lebih banyak pengetahuan mengenai digitalisasi. Adapun untuk ekonomi digital, ia menyampaikan memang masih banyak yang harus dipelajari gen-z dan masih perlu wadah untuk mengasahnya. Maka dari itu, tujuan adanya Gebyar GenBI adalah memfasilitasi dan membuka intelektual dalam sektor ekonomi digital.

“Kalau misalkan gen-z udah paling paham, emang betul dibanding generasi sebelumnya. Dimana kita lahir kan udah ada gadget. Adanya seminar itu bisa membuka intelektualitas kita utamanya juga tentang ekonomi digital,” ujarnya saat diwawancai Suaka pada Jumat (21/6/2024).

Salah satu peserta juga Ketua Umum GenBI Universitas Padjadjaran (Unpad), Adam Hawari sepakat bahwa gen-z memegang peran penting dalam digitaliasasi ekonomi. “Iya gen-z mau gak mau sebagai ujung tombak, karena kita sebagai majority yang memang bisa dibilang memainkan peran penting lah ya khususnya di digitalisasi ekonomi,” ucapnya.

Reporter: Bertha Anastasha & Elsa Adila Rahma/Suaka

Redaktur: Nia Nur Fadillah/Suaka

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas