Oleh: Aurora Rafi Nafsa*
Malam tenang itu adalah kamis
Berbalut dengan baju gamis
Berjalan ia dengan gerimis
Bertemu cahaya para reformis
.
Tapi,
Malam tenang itu berlainan
5000 orang bersorak keras
Mempertanyakan sebuah keadilan
Yang disambut timah panas
.
Darrr!
Malam tenang itu
Menjadi hitam nan gaduh
Jerit rintihan teman bapakku
Beriring gemertak remukkan tubuh
.
Kocar-kacir, manusia berlarian
Sedang mayat terus bergelimpangan
Disamping, hanya ada senapan
Lengkap dengan suara umpatan
.
Kini,
Lembaran cerita saksi itu
Menyisakan cerita kelam
Dalam september yang hitam
*Penulis merupakan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris Semester 5, UIN SGD Bandung