SUAKAONLINE.COM, Infografis – Harapan keanggotaan penuh Palestina di PBB kandas setelah Amerika Serikat memveto rancangan resolusinya. Rancangan resolusi yang diajukan oleh Aljazair itu merekomendasikan kepada Majelis Umum PBB agar negara Palestina diterima menjadi anggota PBB. Dalam hasil pemungutan suara, rancangan resolusi mendapat 12 suara dukungan, 2 abstain (Inggris dan Swiss), dan 1 menolak yaitu Amerika Serikat (AS).
Sekitar 140 negara sudah mengakui Palestina sehingga pengakuan Palestina diyakini akan disetujui jika AS tidak mengganjal dengan vetonya. Namun, AS tetap mempertahankan posisinya bahwa Palestina harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan PBB sebelum dapat menjadi anggota penuh.
Amerika Serikat berdalih Palestina belum memenuhi syarat untuk bergabung ke dalam PBB secara utuh. Syarat-syarat tersebut termasuk penyelesaian konflik dengan Israel dan pengakuan status Israel sebagai negara Yahudi. Sedangkan dua hal itu yang selama ini masih menjadi perdebatan alot antara Israel dan Palestina.
Dilansir dari Kompas.com Wakil Duta Besar Amerika Serikat di PBB, Robert Wood mengatakan bahwa PBB bukanlah tempat untuk pengakuan Negara Palestina. Pengakuan Negara Palestina melainkan harus menjadi hasil dari kesepakatan damai dengan Israel. AS beranggapan bahwa pemungutan suara ini tidak mencerminkan penentangan AS terhadap kenegaraan Palestina, tetapi merupakan pengakuan bahwa hal itu hanya akan datang dari negosiasi langsung antara kedua belah pihak.
Sementara itu, melansir dari Kompas.id Duta Besar China untuk PBB menilai kegagalan Palestina menjadi anggota penuh PBB ini sebagai hari yang menyedihkan dan veto AS itu yang paling mengecewakan. Mereka menyesalkan keputusan AS yang tidak memungkinkan Palestina menjadi anggota PBB, harapannya AS dapat berperan lebih aktif dalam proses perdamaian di Timur Tengah dan memungkinkan Palestina untuk menjadi anggota PBB.”
Kegagalan Palestina menjadi anggota penuh PBB ini dianggap sebagai kegagalan besar dalam upaya Palestina untuk memperjuangkan haknya sebagai negara yang berdaulat. Palestina telah menjadi anggota organisasi-organisasi internasional lainnya, seperti Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) dan Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Afrika (AU), namun keanggotaan penuh di PBB tetap menjadi tujuan utama mereka.
Tentunya, kegagalan tersebut berkesinambungan dengan konflik antara Israel dan Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade dan telah menyebabkan korban jiwa dan kerusakan besar. Kegagalan Palestina menjadi anggota penuh PBB ini dianggap sebagai langkah mundur dalam upaya untuk menyelesaikan konflik ini dan mencapai perdamaian yang stabil di wilayah tersebut.
Peneliti : Khoirul Tamam/Magang
Redaktur: Faiz Al Haq/Suaka
Sumber : news.un.org , cnbcindonesia.com , kompas.com, kompas.id