Analisis

Pola Politik Kampus Hijau di Mata Mahasiswa

SUAKAONLINE.COM, Infografis – Musyawarah Tingkat Tinggi (Musti) dan  Musyawarah Mahasiswa (Musma) UIN SGD Bandung telah dilaksanakan pada Sabtu (22/6/2024). Dua musyawarah tersebut dilaksanakan diantaranya sebagai sarana pemilihan ketua umum Senat Mahasiswa Universitas (SEMA-U) dan ketua umum Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas (DEMA-U)  berdasarkan Keputusan Dirjen. Pendidikan Islam No. 4961 Tahun 2016 tentang Penetapan Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan Perguruan Tinggi Agama Islam.

Dua hajatan akbar yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPU-M) dan dikawal oleh Badan Pengawas Pemilu Mahasiswa (Bawaslu-M) itu dilaksanakan secara tertutup dengan sistem keterwakilan. Dimana hanya ketua umum Himpunan Jurusan Mahasiswa (HMJ), sebagai delegasi jurusan  yang diperkenankan hadir. Dengan kata lain, partisipasi mahasiswa secara umum ditiadakan.

Perlu dipahami, berlangsungnya Musti dan Musma tentu berdampak pada dinamika politik kampus kedepannya. Mahasiswa yang tidak dilibatkan, secara tidak langsung akan turut terdampak hasil dari kontestasi politik tersebut. Maka dari itu, Tim Riset LPM Suaka menakar pandangan mahasiswa umum terhadap politik kampus itu sendiri. Alhasil, melihat dari kondisi politik kampus saat ini 64,1 persen mahasiswa UIN SGD Bandung tidak tertarik bergabung ke badan eksekutif atau legislatif baik tingkat jurusan, fakultas, maupun Universitas. 

Hal itu selaras dengan rendahnya angka partisipasi dalam perpolitikan kampus baik dalam lingkup jurusan, fakultas, maupun universitas. Data menunjukkan 62,8 persen mahasiswa menyatakan tidak berpartisipasi dalam politik kampus di tingkat-tingkat tersebut. Selebihnya hanya 20,3 persen yang berpartisipasi dan 17 persennya mengaku pernah berpartisipasi.

Data diatas perlu dipertimbangkan secara serius oleh pihak Dema Universitas dan Fakultas, serta Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) dan HMJ di setiap jurusan. Pasalnya, persentase mahasiswa yang memahami dinamika politik kampus terbilang cukup tinggi, yaitu 53,9 persen. Namun, di waktu yang bersamaan 55,4 persen mahasiswa berpendapat kondisi politik kampus saat ini tidak kondusif. 

Selain itu, guna mengukur kepekaan mahasiswa terhadap kondisi politik terkini di kampus, Suaka menyajikan pertanyaan mengenai seberapa jauh mahasiswa mengetahui mengenai pergantian kepemimpinan di Dema-U dan Sema-U saat ini. 55,9 persen menjawab kurang mengenai persoalan tersebut. Alasan di balik minimnya kepekaan mahasiswa disebutkan oleh salah satu responden, yaitu karena kurangnya transparansi dan sosialisasi yang dilakukan oleh ormawa intra sehingga banyak mahasiswa yang tidak dapat menjangkau informasi tersebut. 

Melihat rendahnya partisipasi dan kepekaan mahasiswa terhadap kondisi politik yang terjadi di kampus, maka dapat dianalisis bahwa mayoritas mahasiswa UIN SGD Bandung memiliki budaya politik kaula. Budaya politik ini berkembang dalam masyarakat yang cenderung memiliki pengetahuan politik yang baik, namun masih bersifat pasif dalam merespon segala dinamika politik yang terjadi, karena disebabkan oleh satu dan lain hal. 

Peneliti: Tim Riset Data & Informasi LPM Suaka
Redaktur: Nisa Nurul Khaida/ Suaka

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas