Kampusiana

Teater Awal Gelar Pertunjukan Monolog, Angkat Isu Tantangan Hidup

Pemeran Amar mengekspresikan puncak rasa sakitnya yang berulang dalam dirinya setelah ditinggalkan dua orang tercintanya dalam pementasan “Pratanda” oleh Teater Awal di Aula A Student Center lantai 1, Kampus 1, UIN SGD Bandung, Rabu (27/3/2024). (Foto: Muhammad Ardio Nauly/Magang).

SUAKAONLINE.COM – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Awal menggelar pertunjukan teater monolog dengan tajuk “Pratanda” di Aula A Student Center lantai 1, Kampus 1 UIN SGD Bandung, Rabu (27/3/2024). Pementasan ini dilakukan sebagai bentuk merayakan Hari Teater Sedunia yang diperingati setiap tanggal 27 Maret.

Pementasan monolog menampilkan kisah seorang pemuda bernama Amar yang telah kehilangan Sinta, sosok wanita yang ia cintai. Rasa kehilangan menjadikan Amar tidak tahu akan arah yang ia tuju. Pagi, siang, hingga sore, membuatnya takut akan memori kenangan bersama Sinta. Namun, Amar memiliki guratan takdir tersendiri. Kali ini ia harus kehilangan ibunya yang merupakan sosok terdekatnya.

Ketidakadilan dan keputusasaan begitu dekat dengan Amar. Sadar akan kenyataan menyedihkan, hidup dalam kerasnya realitas kehidupan, membuat mental Amar diuji di tengah orang terkasih dan sumber kehidupannya telah pupus dan berada pada genggaman Tuhan. Namun ketangguhan itulah yang membuat Amar bisa bertahan ditengah teriknya cobaan yang menghampirinya.

Pertunjukan monolog kali ini menyoroti bagaimana kondisi pemuda di zaman serba praktis, cepat, dan pesat. Ketika seorang pemuda yang berusaha menghadapi quarter life crisis dengan cara yang tepat dalam menyikapi setiap perubahan kondisi yang menghampiri. Sutradara sekaligus penulis naskah, Ilyas Mate menjelaskan hal yang coba dibangun ialah bagaimana seseorang menemukan titik pencerahan dalam hidupnya dengan peristiwa masing-masing.

“Garis dramatikal yang ingin kita sajikan ialah bagaimana seseorang tetap tabah dengan apa yang ia sudah direncanakan oleh Tuhan ataupun melalui nasibnya, untuk menemui titik-titik pencerahan dalam hidupnya. Serta bagaimana ia bisa bertahan pada setiap quarter life crisis, cobaan hidupnya dan pengalaman peristiwa masing-masing,” jelas Ilyas saat diwawancarai Suaka di Aula A Student Centre, Rabu (27/3/2024).

Selain memberikan kesan pertunjukan monolog dengan menampilkan tokoh Amar yang sesuai dengan kondisi mental anak muda, Ilyas ingin menyampaikan bahwa setiap orang memiliki proses dan takdir yang berbeda-beda. “Saya ingin lebih memberikan suatu pemahaman bahwa setiap orang memiliki peristiwa, capaian, kesuksesan bahkan titik rendahnya masing-masing. Nah di sanalah ketika banyak orang menilai seseorang hanya melalui cangkangnya saja,” ungkapnya.

Tidak hanya melibatkan anggota Teater Awal, audiens juga turut membantu dalam menciptakan ruang imajinasi yang dibangun dengan apik. Seperti beberapa karya yang ditampilkan di luar ruang teater merupakan hasil dari kontribusi dari audiens hingga menghasilkan satu desain sederhana dalam konsep Pratanda.

“Saya juga memberikan sebuah impresi dengan penonton. Menciptakan ruang imajinasi dan penonton ikut terlibat dalam partisipasi pertunjukan ini. Beberapa hasil wawancara Google form menjadi sebuah desain pertunjukan yang merupakan hasil dari kontributor mereka. Kemudian saya sunting dalam satu desain sederhana untuk penonton. Jadi ini adalah partisipatoris, ketika penonton, crew merupakan pelaku bersama dan kita bisa merasakan bersama peristiwa Pratanda ini,” jelas Ilyas.

Di lain sisi, salah satu penonton sekaligus mahasiswa Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani), Nadia mengungkapkan antusiasnya terhadap penampilan Amar yang diperankan oleh Amin Husein. Selain itu, ia juga mengatakan isu yang disajikan sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini. “Keren dari ekspresinya, relate juga dengan dunia di mana orang-orang luar merasakan,” tutup Nadia.

Reporter: Muhammad Dzaky/Magang

Redaktur: Nia Nur Fadillah/Suaka

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas