Kampusiana

Teater Eltra Salurkan Kritik Sistem Organisasi Melalui Studi Panggung

Raja Kumarasuba dan pengawalnya tertawa meremehkan para kandidat sayembara pemilihan suami untuk Putri Rajaswari dalam pementasan “Sangrama Premi” oleh Teater Eltra di Aula Abdjan Soelaeman, Kampus 1 UIN SGD Bandung, Kamis (20/6/2024). (Foto: Akhmad Ridlo/Suaka).

SUAKAONLINE.COM – Unit Kegiatan Jurusan (UKJ) Sastra Inggris (Sasing) Teater Eltra menggelar pementasan studi panggung ke-6 dengan tajuk “Sangrama Premi” di Aula Abdjan Soelaeman, Kampus 1 UIN SGD Bandung, Kamis (20/6/2024). Pementasan ini diperankan 14 aktor dan disutradarai oleh Thobi Sober.

Mengisahkan seorang raja bernama Kumarasuba yang haus akan kekuasaan, sehingga membuatnya tega membunuh raja dari Kerajaan Suryadwipa yang damai dan sejahtera. Lima tahun berlalu, setelah sang raja tiada, Kerajaan Suyadwipa harus kehilangan masa kejayaan dan kesejahteraan.

Hal itu membuat Ratu Kerajaan Suryadwipa menyelenggarakan sayembara untuk mencari calon pasangan bagi putrinya yaitu Rajaswari dengan harapan ada pemimpin baru yang akan membuat Kerajaan Suryadwipa menjadi sejahtera dan damai. Sayembara pun diumumkan, satu persatu dari pangeran, saudagar kaya, hingga raja mengikuti sayembara tersebut, tidak terkecuali Raja Kumarasuba yang juga turut mengikuti sayembara.

Untuk memenangkan hati putri, kandidat sayembara hanya perlu berdansa dengannya sembari menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan Rajaswari. Tidak disangka-sangka, Rajaswari jatuh dalam rayuan manis Kumarasuba tanpa mengetahui bahwa ialah yang membunuh sang ayah kala itu. Akankah Rajaswari tetap mencintainya dan hidup harmonis bersama Kumarasuba?

Di samping itu, sutradara pementasan, Thobi Sober menyampaikan bahwa makna dari pementasan ini adalah gambaran semua perbuatan baik dan buruk yang dilakukan pasti akan ada balasannya. “Tidak semua hal yang buruk itu bakal selalu aman-aman aja, pasti bakal ada hari pembalasannya,” katanya saat diwawancarai Suaka pada Kamis (20/6/2024).

Ia juga menambahkan, cerita yang ditampilkan terinspirasi dari sistem organisasi kampus yang kemudian dijadikan sebuah alur pementasan. “Tujuannya ya tergerak karena gatel melihat sistem struktur organisasi kampus yang saya rasakan. Jadi mulai ngumpul-ngumpulin kritiknya apa aja lalu dikumpulin menjadi sebuah cerita yang di mana cerita ini bisa dinikmati gitu,” ungkapnya.

Salah satu penonton pementasan, Siti Safuroh yang juga dari Jurusan Sasing mengungkapkan bahwa makna yang bisa dirinya ambil yaitu selalu memperlakukan setiap orang dengan baik dan meyakini segala poerbuatan yang dilakukan akan kembali pada orang tersebut. “Makna dari penampilan itu apa yang kita tabur itu yang akan kita tuai. Jadi always treat people with kindess, jangan pernah nyakitin seseorang karena nanti bakal balik ke kita,” tuturnya.

Reporter: Fauzia Rahmawati dan Akhmad Ridlo/Suaka

Redaktur: Nia Nur Fadillah/Suaka

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas