Advertorial

Respon Kebijakan Perdagangan Trump dalam Seminar Nasional GIS

Manajemen Eksekutif Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah, Helma Agustiawan menyampaikan materi terkait Tarif Resiprokal Amerika Serikat (AS) di Aula Lt. 2, Gedung Aula Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), Kampus 2 UIN SGD Bandung, Senin (26/5/2025). (Foto: Mila Ismawati/Suaka)

SUAKAONLINE.COM – Kebijakan perdagangan proteksionis yang digaungkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menjadi sorotan utama dalam Seminar Nasional yang dihelat Galeri Investasi Syariah (GIS) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Bandung, Senin (26/5/2025). Seminar bertajuk “Kebijakan Perdagangan Trump: Analisis, Dampak, dan Strategi Adaptasi di Indonesia” itu menghadirkan perspektif strategis dari regulator, praktisi, hingga pelaku pasar modal.

Kebijakan Trump yang menjadikan tanggal 5 April 2025 sebagai “Liberation Day” hari dimana mulai diberlakukannya tarif universal 10 persen untuk seluruh negara dan tarif khusus 32 persen untuk Indonesia. Hal itu memicu kekhawatiran terhadap daya saing produk ekspor, “Tarif resiprokal ini bisa memicu penurunan ekspor dan ancaman PHK massal di sektor padat karya,” tegas Analis Senior OJK Jawa Barat, Daniel Wesly Rudolf, Senin (26/5/2025).

Kebijakan Trump bukan sekadar isu luar negeri. Seperti yang diulas Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Indonesia selama ini mengekspor produk vital seperti tekstil, makanan olahan, dan karet ke Amerika Serikat (AS). Ketika tarif naik, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang bergantung pada ekspor rawan tergilas.

“Dengan tarif sebesar itu, produk Indonesia akan kalah bersaing di pasar global, terutama terhadap negara yang tidak dikenai tarif tinggi,” ujar Deputi Direktur KNEKS, Helma Agustiawan. Ia menekankan bahwa Indonesia harus segera menyusun strategi diversifikasi pasar dan memperkuat ekosistem ekspor produk halal, dan penguatan UMKM.

Tidak hanya itu, seminar ini turut membedah aspek teknis melalui pendekatan analisis fundamental dan teknikal. Praktisi dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia memberikan simulasi penggunaan kedua metode tersebut dalam mengukur risiko dan prospek emiten di tengah gejolak kebijakan global.

Ketua GIS, Muhammad Sadam Hasan Usamah menjelaskan bahwa pemilihan tema ini bertujuan mengedukasi mahasiswa untuk lebih memahami isu ekonomi global. “Kami ingin mahasiswa tidak hanya tahu teori di kelas, tapi juga memahami bagaimana kebijakan seperti tarif Trump bisa berdampak terhadap perekonomian nasional dan menekan sektor syariah,” tuturnya.

Lebih dari itu, GIS menjadikan seminar ini sebagai panggung edukasi strategis, tempat mahasiswa belajar membaca peta risiko ekonomi lewat analisa fundamental dan teknikal. Menurut pembina GIS sekaligus dosen di FEBI, Gina Sakinah mengatakan kegiatan ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang membangun generasi investor syariah yang melek konstelasi global.

“Mahasiswa itu student of change dan student of controlling. Mereka harus tahu bahwa kebijakan luar negeri seperti tarif AS berdampak langsung ke ekspor dan pasar dalam negeri.” Ia juga menekankan bahwa GIS bukan sekadar wadah aktivitas kampus, melainkan bagian dari program unggulan kelembagaan fakultas.

Menanggapi isu tersebut, GIS dan para pemateri mendorong Indonesia untuk mengedepankan diplomasi ekonomi, memperluas pasar halal ke negara-negara Organisasi Kerja sama Islam (Oki) dan Asia Selatan, serta menguatkan UMKM berbasis syariah agar siap ekspor. Dari sini, GIS menunjukkan perannya bukan hanya sebagai galeri, tapi sebagai laboratorium pemikiran ekonomi syariah yang dinamis dan adaptif.

Reporter: Sabrina Nurbalqis/Suaka

Redaktur: Mujahidah Aqilah/Suaka

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas