SUAKAONLINE.COM, Bandung, — Fenomena anak Punk kini kian marak. Hampir di setiap sudut kota kita jumpai. Punk di Indonesia identik dengan pengamen jalanan dengan dandanan kucel dan lusuh.
Subkultur Punk muncul pertama kali di Inggris kemudian merambah ke Amerika. Saat itu Amerika tengah mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu kemerosotan moral para tokoh politik hingga meningkatnya angka pengangguran dan kriminalitas.
Punk berupaya menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, salah satunya melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun terkadang kasar, diiringi aransemen musik beat cepat dan menghentak.
Dari kisah itu Keluarga Mahasiswa Jurnalistik (KMJ) Universitas Islam Bandung (Unisba) menggelar seminar dan pameran fotografi bertajuk Budaya Musik Punk Dalam Sosial Masyarakat, Jum’at (27/5/2016) di Gedung Kartimi Kridoharsojo, Bandung guna memberikan pemahaman lebih tentang Punk.
Diskusi ini dihadiri tiga pemateri, diantaranya jurnalis musik Rio Tantomo, eks personil band Homecide dan Grimloc Records Herry “Ucok” Sutresna, dan aktivis sosial Reggi Kayong Munggaran.
Ucok mengatakan Punk muncul berawal dari revolusi kata-kata serta selalu beriringan dengan pembangkangan dari kaum anti otoritas pemerintahan. “Punk juga sebagai ideologi yang menyuarakan emansipasi terhadap politik radikal. Hal yang bisa diambil dibalik budaya Punk, yaitu semangat, prinsip, dan transformasi pengetahuan,” terangnya.
Di Indonesia budaya Punk datang sebagai budaya asing. Penyebarannya melalui media massa dan kaset-kaset musiknya. Perkembangannya pun pesat di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, dan Jogjakarta.
Bagi Ucok pribadi Punk telah memberikan sumbangsih dalam hidupnya. Salah satunya, melalui Punk ia mengerti dalam hidup tak seharusnya selalu bergantung pada elit politik ataupun hal-hal lainnya.
Melanjutkan Ucok, Reggi mengatakan ada dua poin penting dalam Punk, yaitu politik serta sosial dan ekonomi. Reggi memahami semangat pemberontakan Punk menjadi kunci tersampaikannya pesan pada pemangku kebijakan negara.
Menjadi Punk tak boleh asal. Rio mengatakan penampilan Punk boleh urakan, tetapi Punk juga harus memiliki peran dalam mengawal demokrasi di Indonesia. “Punk itu memang anti kekuasaan, tapi harus ada yang mereka berikan,” ujarnya.
Pekan Jurnalistik 2016 KMJ Unisba berakhir pada 29 Mei 2016 dengan acara One Day with Journalistic. Ada Coaching Clinic Fotografi, News Anchor, Cameraman, dan Editor. Juga turut dimeriahkan oleh Hollywood Nobody, 5 Petani, The Fox and The Thieves, The CORD, Eyenapatna, dan Forgotten Generation.
Reporter: Hasna Salma
Redaktur: Ridwan Alawi