Kampusiana

HIMA-J AN Gelar Diskusi Publik Menghadapi Perdagangan Bebas

Dadan Suarasa Kepala Seksi Industri dari Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, serta Galih Sedayu Direktur Bandung Creative City Forum (BCCF) saat menjadi pembicara di acara diskusi publik HIMA-J Administrasi Negara, Rabu (14/5/2014). (Foto: Ratu Arti Wulan/Suaka)

Dadan Suwarna (tengah) Kepala Seksi Industri dari Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, serta Galih Sedayu (kanan) Direktur Bandung Creative City Forum (BCCF) saat menjadi pembicara di acara diskusi publik HIMA-J Administrasi Negara, Rabu (14/5/2014). (Foto: Ratu Arti Wulan/Suaka)

SUAKAONLINE.COM – Asean Free Trade Area (AFTA) merupakan kebijakan pemerintah yang akan dilaksanakan pada 2015 mendatang. Perdagangan bebas antara negara di ASIA termasuk Indonesia memiliki konsekuensi yang beragam. Pro dan kontra bermuculan dalam menyambut AFTA 2015.

Dalam menyikapi hal tersebut, HIMA-J Administrasi Negara UIN SGD Bandung mengadakan Diskusi Publik yang membahas peran pemuda serta industri kreatif untuk menyambut AFTA 2015. Secara lengkap tema yang diusung adalah Sinergitas Kebijakan Pemerintah dan Peran Pemuda dalam Meningkatkan Industri Kreatif Menghadapi AFTA 2015.

“Perdagangan bebas akan segera dihadapi tetapi belum ada kesiapan, mesti ada sinergisitas antara kebijakan pemerintah dengan pemuda, sehingga industri kreatif bisa menjadi pilar perekonomian di Indonesia,” ujar Endang Lestari mahasiswi Administrasi Negara selaku Ketua Pelaksana, Rabu (14/5/2014).

Diskusi panel diisi oleh dua pembicara yaitu Dadan Suwarna Kepala Bidang Seksi Industri Kota Bandung, serta Galih Sedayu Direktur Bandung Creative City Forum (BCCF).

Galih sedayu selaku pegiat Bandung Creative City Forum memaparkan peran ekonomi kreatif sebagai sebuah model ekonomi baru yang berlandaskan informasi, kreatifitas, dan ide.

“Tiga komponen dasar untuk menjadi kreatif adalah dengan menyiapkan sumber daya manusia, tempat berkumpul serta ide. Setelah itu mari mulai berkoneksi, berkolaborasi, dan akhirnya akan mendapatkan pundi rupiah (komersil),” papar Galih Sedayu.

Senada dengan Galih, Dadan memaparkan bahwa di Kota Bandung memiliki kurang lebih 5.291 pelaku ekonomi kreatif dari berbagai sektor. Itu artinya, ekonomi kreatif sudah menjadi bagian dari Kota Bandung yang disebut sebagai kota kreatif.

“Apabila meneliti lebih jauh, kita tidak perlu takut dalam menghadapi AFTA 2015. Kita memiliki industri kreatif yang tidak bisa disamakan dengan negara lain, misalnya memproduksi wayang atau sektor – sektor unik lainnya,” kata Dadan saat menyampaikan materi diskusi di lantai 2 Aula Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP).

Reporter : Ratu Arti Wulan Sari/Suaka

Redaktur : Adi Permana

4 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas