SUAKAONLINE.COM – Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sosiologi UIN SGD Bandung menggelar webinar nasional melaui Zoom Meting pada Rabu, (24/3/2021). Acara ini mengangkat tema “Masa Depan Pendidikan Pasca Pandemi Covid-19 Dalam Perspektif Paradigma Sosiologi”.
Ketua pelaksana, Nur Salim mengatakan webinar ini merupakan rangkaian program kerja departemen Pengembangan Intelektual HMJ Sosiologi. Adapun tujuan pelaksanaannya ialah untuk membangkitkan kesadaran mahasiswa. Khususnya bagi mahasiswa sosiologi agar lebih peka terhadap realitas sosial di era pandemi.
“Kami berniat untuk mengetahui segala sebab maupun dampak daripada pandemi melalui paradigma sosiologi. Melalui fenomena tersebut, kami harap dapat menyadarkan kalangan civitas akademika khususnya di jurusan sosiologi. Tentang realitas sosial saat ini yang tidak bisa dipungkiri bahwa pandemi tidak hanya masalah kesehatan,” ungkapnya pada Rabu, (24/03/2021).
Turut hadir dalam acara tersebut Ketua Jurusan Sosiologi, Kustana dan Ketua HMJ Sosiologi, Agam Nulhakim. Dalam sambutannya, Kustana menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya webinar tersebut. Menurutnya, tema yang diangkat merupakan salah satu pembahasan yang menarik.
“Saya kira ini adalah webinar yang cukup baik dan menarik. Tentu pandemi Covid-19 ini menjadikan atau mendorong sebuah perubahan besar dalam tatanan sosial kita. Termasuk tatanan sosial budaya, ekonomi, politik, dan pendidikan,” ujar Kustana dalam sambutan.
Acara yang dihadiri oleh 325 peserta ini menghadirkan tiga narasumber ahli dibidangnya. Diantaranya adalah Dosen Sosiologi UIN SGD Bandung Dede Syarif, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Dedi Supandi dan Direktur Utama PT. Sinergi Riset Nusantara Eko Arief Nugroho.
Ketiganya membahas permasalahan pendidikan dengan topik yang berbeda. Salah satunya pembahasan mengenai dampak sosiologis pandemi Covid-19 dan prediksi masyarakat post pandemi dalam dunia pendidikan yang disampaikan oleh Dede Syarif.
Dengan menggunakan metode imajinasi sosiologi, Dede mengatakan dampak dari pandemi Covid-19 ini adalah adanya disrupsi yang masif dan juga perubahan persepsi dalam dunia pendidikan. Hal ini, terutama dalam lingkup lembaga pendidikan seperti sekolah, pendidikan tinggi, pesantren dan lainnya.
“Persepsi masyarakat terhadap dunia pendidikan juga akan berubah. Dan nanti kita akan menghadapi berbagai kenyataan bahwa ada banyak orang yang tidak mengikuti dunia pendidikan (secara formal). Akan tetapi memiliki kemampuan yang sama dan juga bisa berkompetisi dengan orang-orang yang mendapatkan gelar dan sertifikat dari dunia pendidikan,” jelasnya.
Sementara itu, Eko Arief Nugroho menyebutkan harus ada perubahan yang radikal dalam sistem pendidikan Indonesia. Hal tersebut diangap perlu untuk menghadapi tantangan di dunia pendidikan pasca pandemi. Untuk itu, menurut Eko diperlukan peran dari orang tua untuk membimbing anak dalam proses belajar.
Di akhir, Eko berharap perubahan radikal ini dapat segera dilakukan, melihat kekhawatirannya terhadap sikap dan kualitas generasi mendatang. “Sekarang aja, generasi yang sekarang menjabat, rentetan koruptornya luar biasa, apalagi generasi yang nanti, saya gak membayangkan kalau sistem pendidikan kita tidak ada perubahan yang radikal. Itu pikiran saya,” tutupnya.
Reporter : Gemilang Yusrima Renic/Suaka
Redaktur : Fuad Mutashim/Suaka