Kampusiana

Loker Perpustakaan Rusak, Mahasiswa Kehilangan Barang

Dok. Suaka.

 

SUAKAONLINE.COM – Sebuah kabar baik kembali didapatkan UIN Bandung belum lama ini. Pasca visitasi oleh tim asesor Perpustakaan Nasional RI pada 28/2/2018, hasilnya menggembirakan, perpustakaan UIN Bandung berhasil memperoleh akreditasi A. Meskipun perdana akreditasi tetapi telah berhasil memperoleh nilai 92 bahkan nilai tersebut telah melebihi standar.

Sebagaimana keterangan oleh kepala perpustakaan UIN Bandung, Ija Suntana dalam rilisan berita suaka, Kamis (17/05/2018), beberapa aspek yang menjadi instrument penilaian pada akreditasi tersebut salah satunya ialah ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. Nilai akreditasi yang memuaskan tersebut sudah barang pasti sarana dan prasaran yang ada di perpustakaan harusnya sangat memadai.

Namun hasil penilaian itu agaknya timpang jika melihat kondisi lemari penyimpanan barang atau loker di perpustakaan UIN Bandung. Dari 248 jumlah loker yang ada, kesemuanya tersebut tidak memiliki kunci. Bahkan beberapa loker ada yang terkunci mati, sementara kuncinya tidak ada sehingga tidak bisa dipergunakan.

Tidak adanya kunci, sehingga kemungkinan untuk terjadinya tindak kejahatan berupa kehilangan barang sangat mungkin terjadi. Nasib nahas tersebut yang terjadi dengan Reza Rifai, Mahasiswa jurusan Jurnalistik angkatan 2014 yang kehilangan tasnya di loker perpustakaan pada, Kamis  (06/12/2018).

Sebagaimana ceritanya kepada Suaka bahwa kunjungannya ke perpustakaan siang itu bertujuan untuk mengembalikan buku. Dengan pertimbangan ia yang hanya sebentar dan tak ada barang elektronik seperti laptop ataupun HP di tasnya, ia menyimpan tasnya di barisan loker kayu yang memang tidak memiliki kunci. Sementara dalam tasnya terdapat skripsi, casan, headset dan flashdisk.

“Sekitar jam duaan kalau tidak salah, waktu itu sama teman ngembaliin buku. Cuma sekitar 15 menitan lah balikin bukunya, sempat ke lantai tiga juga lihat-lihat skripsi, pas turun udah nggak ada tasnya,” tuturnya, Rabu (12/12/2018).

Untuk memastikan ia yang tak salah simpan, dibantu temannya ia mencari dengan beberapa kali memeriksa loker-loker lainnya. Saat itu ia juga dibantu oleh sekuriti perpustakaan , Tatang Nasir namun hasilnya nihil, tasnya itu telah hilang. Menurut Tatang, beberapa kali juga terdapat mahasiswa yang salah menyimpan tasnya, sehingga dikiranya sama dengan yang terjadi pada Reza.

“Waktu itu dia belum lapor dan masih nyari-nyari, terus saya tegur dan ternyata dia lagi nyari barangnya. Saya ikut nyari juga takutnya salah simpan, soalnya beberapa ada juga yang salah nyimpen,” ujar Tatang, Rabu (26/12/2018).

Usahanya untuk mencari tasnya tak sampai disitu, setelah memastikan hilang ataupun tidak salah simpan, ia mencoba untuk melapor kepada kepala perpustakaan. Laporan tersebut justru urung tersampaikan dikarenakan siang menjelang sore itu kepala perpustakaan tidak ada di ruangannya, sehingga keluhannya itu hanya sampai kepada sekuriti perpustakaan.

Berdasar pengakuannya, ia juga tidak menerima adanya pendataan terkait keluhannya tersebut. Saat ia kehilaangan tasnya sekuriti  memang ikut  membantu namun tidak melakukan pendataan untuk kemunginan jika nantinya tasnya ditemukan. Justru ia yang bertitip pesan kepada security untuk menitip barangnya jika setelah ia pergi ada orang yang mengembalikan tasnya  atau telah berhasil ditemukan.

“Tidak ada pendataan, justru saya yang bilang nanti kalau tasnya balik lagi misalkan ada yang salah ambil terus karena tau itu bukan tas miliknya terus dibalikin ke satpam, nanti saya nitip ya pak,” keluhnya, Rabu, (12/12/2018).

Perasaan dilema makin menjadi, dengan adanya kebijakan larangan untuk membawa tas ke lantai atas, sementara loker tidak memiliki pengaman selain pintunya yang dapat dibuka siapa saja. Begitu yang terjadi dengan Reza, meski tidak membawa barang elektronik di tasnya, menurutnya tasnya tetaplah berharga terlebih ada skripsi dan barang-barang pribadinya yang lain, namun lagi-lagi ia tidak mungkin membawa tasnya ke atas.

“Mungkinkan karena saya bawa skripsi besar jadi nyangkanya itu laptop terus waktu itu barang yang saya bawa naik cuma buku. Tapi lumayan lah kalau tasnya hilang, bagi saya mungkin barang berharga ia jangan di simpan di loker tapi tasnya juga berharga, lumayan harganya,”  ujarnya, Rabu,(26/12/2018).

 

Loker Rusak Ulah Mahasiswa

Saat ditanya terkait penyebab dari loker yang tidak memiliki kunci, Kepala Perpustakaan, Ija Suntana menyebutkan bahwa penyebabnya tak lain ialah karena dirusak mahasiswa,  jelasnya lagi bahwa pengrusakan tersebut yang mengakibatkan kenapa tidak ada pembaharuan terhadap loker, karena menurutnya hal tersebut akan terulang lagi.

“Loker yang tidak ada kuncinya itu karena dirusak oleh mahasiswa, dan kenapa tidak diperbaharui karena kalau diperbaharui nanti dirusak lagi oleh mahasiswa,” ungkapnya, Rabu,(26/12/2018)

Hal serupa juga diungkapkan oleh Tatang, ia membenarkan bahwa rusaknya loker dikarenakan mahasiswa yang lalai dan menghilangkan kuncinya, sehingga untuk membukanya terpaksa dengan membongkar penguncinya. Itu diungkapkannya dengan memperlihatkan beberap loker yang lubang penguncinya sudah tidak utuh lagi setelah dibongkar paksa.

Sementara terkait adanya keluhan tentang barang mahasiswa yang hilang di loker perpustakaan, Ija juga menanggapi bahwa ia tidak menerima adanya laporan kehilangan, dan menurutnya perpustakaan telah memberikan peringatan terkait larangan untuk menyimpan barang berharga di loker dengan tulisan yang ditempel di depan loker.

“Tidak ada laporan kehilangan ke saya. Untuk keamanan kan sudah ada keterangan tidak boleh menyimpan barang berharga di loker,” ujarnya, Rabu (26/12/2018).

 

 

Selain itu keberadaan CCTV di perpustakaan juga nyatanya tidak begitu berfungsi. Reza juga mengeluhkan bahwa anehnya saat itu ia tidak disarankan untuk memeriksa CCTV, sementara saat itu ia juga bingung dan tidak berfikir ke arah itu. Kondisi tersebut ternyata benar,Tatang membenarkan bahwa CCTV di perpustakaan tidak berfungsi denga baik, gambar yang ditangkap buram tidak begitu jelas.

“CCTV nya ngeblank, menyala tapi tidak jelas gambarnya,” ungkapnya, Rabu,(26/12/2018)

Bukan hanya beberapa fasilitas yang tidak memadai, keberadaan sekuriti selaku keamanan di perpustakaan ternyata  hanya dijaga oleh satu orang. Jumlah itu makin timpang dengan jumlah pengunjung perpustakaan yang mencapai ratusan mahasiswa setiap harinya. Sehingga saat berjaga di lobi masuk, tidak ada lagi sekuriti lain yang  memantau ruang lainnya terlebih daerah penyimpanan barang loker.

Keluhan tersebut juga datang dari celetukan Tatang, ketika seseorang berniat mengambil barang milik orang lain atau ‘mencuri’, ia tidak bisa mengetahui hal itu. Karena menurutnya ia tidak bisa memastikan bahwa barang yang diambil dari lemari loker itu diambil oleh pemiliknya atau bukan.

 

Reporter : Abdul Azis Said

Redaktur: Elsa Yulandri

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas