Kampusiana

Merayakan Hari Puisi Dengan Hujan Bulan Sapardi

Seorang anggota Jaringan Anak Sastra (JAS) sekaligus penyelenggara mendeklarasikan puisi dalam acara Hujan Bulan Sapardi di Di bawah Pohon Rindang (DPR) UIN SGD Bandung, Selasa (22/3/2022). (Foto: Ucha Mutiara/Magang)

SUAKAONLINE.COM – Komunitas Jaringan Anak Sastra (JAS) menggelar deklarasi puisi dengan berkolaborasi bersama Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman (LPIK) pada Selasa, (22/3/2022). Acara yang bertajuk ‘Hujan Bulan Sapardi’ ini diselenggarakan di Di bawah Pohon Rindang (DPR) UIN SGD Bandung. 

Acara ini merupakan perayaan yang dibuat oleh JAS dan LPIK untuk mengenang serta memperingati hari kelahiran tokoh sastra Indonesia, yakni Sapardi Djoko Damono. Selain itu juga untuk memperingati hari puisi sedunia yang telah ditetapkan oleh UNESCO setiap tanggal 21 Maret. Adapun bentuk perayaan ini adalah membacakan beberapa karya puisi, cerpen, atau karya lainnya milik sastrawan legendaris tersebut.

Panitia penyelenggara sekaligus anggota JAS, Aditya Dwilaksana menjelaskan bahwa diadakannya acara ini berawal dari obrolan internal komunitas yang menginginkan adanya peringatan hari puisi untuk mengenang hari kelahiran Sapardi Djoko Damono. “Awalnya cuman obrolan sepintas aja, tapi kawan-kawan yang lain mengajak supaya obrolan itu bukan cuman obrolan angin lalu aja. Maka, ya dijadikan gitu mengenang hari Sapardi,” ujarnya saat diwawancarai seusai acara Selasa, (22/3/2022). 

Ia mengatakan alasan pemilihan tema dan judul acara tersebut berkaitan dengan pemaknaan orang terhadap hujan yang seringkali dihubungkan dengan kesedihan, puisi dan wafatnya Sapardi. “Saya memaknai hujan itu sebagai sebuah kesedihan gitu. Di mana Hujan Bulan Sapardi dikaitkan dengan kepergian Sapardi itu sendiri, jadi kayak semacam bentuk kaitan antara kesedihan dengan kepergian Sapardi,” ungkapnya. 

Selain itu, ia juga mengungkapkan bahwa agenda seperti ini baru pertama kali diselenggarakan secara umum. Karena biasanya hanya dalam ruang lingkup komunitas saja. “Sebetulnya, baru kali ini ya kalo secara spesifik mengenang tokoh-tokoh penyair di Indonesia. Soalnya, kalau agenda yang biasanya tuh mini pameran sama LSLK atau dengan LPIK. Kalo sama LPIK memang kayak semacam kajian-kajian gitu,” lanjutnya. 

Acara ini diawali dengan pembacaan deklarasi puisi yang dipandang perlu untuk menegaskan kembali bahwasanya karya sastra merupakan media alternatif untuk menghibur, mendidik dan juga mampu mewakili perasaan pembaca. Selain untuk merayakan hari puisi, panitia  penyelenggara, Syakir Fadhlulah juga mengatakan salah satu tujuan utama diselenggarakannya acara ini untuk  mengenalkan sastra kepada mahasiswa UIN SGD Bandung.

Mahasiswa sekaligus anggota LPIK, Akmal Firmansyah menyampaikan harapannya perihal acara seperti ini supaya menjadi agenda rutin. Tidak hanya memperingati, tetapi juga sebagai ajang apresiasi bagi para penyair di UIN SGD Bandung. “Jadi sebetulnya, bukan hanya menginginkan masa lalu atau romantisme sih, tapi lebih menguatkan gitu apa yang pernah terjadi dan kita hidupkan kembali si ruang-ruang apresiasi sastra,” harapnya.

Ia juga mengungkapkan rencana untuk menghidupkan kembali antologi puisi yang pernah terbit oleh penyair-penyair UIN SGD Bandung, serta memberikan ruang untuk bebas berkarya, dan akan adanya kolaborasi antara JAS dengan LPM Suaka, LPIK, dan dengan komunitas-komunitas lainnya. 

Reporter : Ucha Mutiara Angela/Magang dan Thori Maulana Suhendi/Magang

Redaktur : Fitri Nur Hidayah

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas