Kampusiana

Musyawarah KPI UIN Bandung Bersama Askopis Jabar

(dari kanan) Komisioner KPID Jawa Barat, Aep Wahyudin, Ketua DPP Askopis, Muhammad Zamroni, Ketua Jurusan KPI UIN Bandung, Mukhlis Aliyudin, dan Sekretaris Jurusan KPI UIN Bandung, Aang Ridwan melakukan sesi foto bersama setelah pemberian plakat dalam acara Musyawarah Daerah I DPD Askopis Jawa Barat di Aula Seminar Perpustakaan, Kamis (15/11/2018).

SUAKAONLINE.COM – Dengan mengusung tema “Mengangkat Rasa dan Gagasan dalam Narasi ke-KPI-an di Era Disruptif”, Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN SGD Bandung mengadakan Musyawarah Deaerah I DPD Askopis Jawa Barat di Aula Seminar Perpustakaan, Kamis (15/11/2018).

Kegiatan musyawarah tersebut dihadiri oleh Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asosiasi Komunikasi dan Penyiaran Islam (Askopis)  Jawab Barat, Muhammad Zamroni, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Ahmad Sarbini, Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Barat, Aep Wahyudin, seluruh ketua jurusan KPI se-Jawa Barat beserta dosen-dosennya, dan juga sebagian mahasiswa KPI UIN SGD Bandung.

Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Ahmad Sarbini menyampaikan bahwa tantangan KPI kian hari kian kompleks dan berat. Tantangan untuk mempertahankan eksistensi KPI di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), peran mahasiswa KPI di masyarakat, persoalan perkembangan keilmuan, dan pengembangan kelembagaan yang kurang merespon peluang yang disediakan Kementerian Agama (Kemenag).

”Kemenag itu sudah banyak memberikan kita peluang, seperti membuat sub baru dalam prodi yang bisa dikembangkan. Supaya ranah keilmuan, profesi dan kelembagaannya juga berkembang dan bisa mengahadapi tantangan itu tadi,” ucapnya.

Selanjutnya, Komisioner KPID Jabar, Aep Wahyudin menegaskan bahwa KPI itu tidak bisa lepas dari teknologi media. Banyak peluang dan tantangan berbasis teknologi bermunculan. Peluangnya adalah sarana dan fasilitas berdakwah semakin mudah didapatkan dan tantangannya adalah budaya atau media popular yang menjadi fenomena kultural yang melakukan komodifikasi dan komersialisasi agar punya daya jual.

Aep juga menambahkan bahwa nantinya akan muncul profesi baru di ke-KPI-an, yaitu pengacara penyiaran yang tugasnya mengatur perundungan-undangan penyiaran disetiap media. Menurutnya saat ini ranah khitobah atau pidato dalam KPI sudah banyak digunakan media-media untuk dijadikan program pagi selepas subuh. Aep menilai itu nantinya akan menjadi peluang kerja yang baik, dimana satu program akan diisi langsung oleh penceramah dan bukan kaset lagi.

Terakhir, Ketua DPP Askopis, Muhammad Zamroni juga memaparkan bahwa sesuai dengan visi dan misi KPI yang berdasarkan kepada perspektif keislaman melalui penyiaran yang mana mengkaji dan membentuk wartawan-wartawan yang Islami. Itu artinya dalam akademik pekerjaannya belum selesai, dan Askopis hadir untuk memberikan moderasi yang tidak bisa ditinggalkan.

Menurutnya juga, interkoneksi KPI itu sudah sesuai dengan visi dan misi UIN SGD Bandung yaitu wahyu memandu ilmu. KPI menggunakan penyiaran sebagai media sarana Islam untuk membangun nila-nilai komunikasi keIslaman. Namun ia menyayangkan saat ini banyak yang menyalahgunakan keIslaman itu.

“Mudah-mudahan Askopis dapat membantu membuat peluang baru dan mengatasi tantangan ke-KPI-an yang kompleks ini. Karena kalau sudah masuk KPI harus mantapkan diri supaya bisa membangun kompetensi,” pungkasnya.

 

Reporter : Lia Kamilah

Redaktur : Muhamad Emiriza

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas