Oleh Muhammad Machally*
Kantung kemarau terikat sewindu
Tujuh per tujuh manusia mengisi kantungnya
Tanyakan pada pastur mengapa
Ia tak punya sebab melainkan menyuruhmu menuntut Tuhan Bapa
Lisan Tuhan Bapa terlalu suci untuk menjawab
Maka Dia menjawab lewat debu-debu dan kerlap-kerlip hitam di udara
Dengan abu dan arang yang tertiup titah
Dari sisa-sisa tanganmu sendiri sesungguhnya ia menyala dan menyisa
Kalian merasa aman memakai payung-payung plastik hitam
Berbondong-bondong menyalahkan-Nya?
Dan kalian terlalu naif memakai sepatu kulit semiliyar
Berbondong-bondong menunjuk wajah-Nya?
Jangan tanya Tuhanmu, tanya dirimu
Mungkin tanggung berdosa
Jadi kalian mencebur saja
Berharap medali setan setidaknya terkalung
Agar tak terlalu menyesal kalian
Kala jahanam memereteli iga-iga kalian sebatang-sebatang
Tak apa pikir kalian, sebab kalian berbondong-bondong
Dan kalian tak ingat kata Rumi?
Bukan buah ada sebab pohon tumbuh
Namun pohon tumbuh sebab buah ingin diunduh
*Penulis adalah mahasiswa jurusan Jurnalistik UIN SGD Bandung semester IV dan aktif sebagai anggota magang di LPM Suaka