
Dok. Suaka
SUAKAONLINE.COM – Panitia Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) melakukan konfrensi pers terkait pertanggung jawaban panitia terhadap acara PBAK. Pertemuan dilaksanakan di Gedung Lecture Hall, Rabu (23/08/17), di pimpin langsung oleh Wakil ketua Pelaksana PBAK, Roby Piyana, Wakil Sekretaris Umum, Opik Taufik dan wakil Bendahara Umum, Muhammad Guntur Ponyo Septiadi. Selain dihadiri oleh pihak panitia, pertemuan ini dihadiri oleh beberapa perwakilan UKM/UKK dan pers Mahasiswa yang ada di kampus Hijau seperti LPM Suaka, Jurnalpos dan literasimedia.
Dalam pertemuan ini, Robby mewanti–wanti bahwa Ia dan seluruh panitia PBAK dari mahasiswa tidak bertanggung jawab sama sekali apabila nanti ada masalah-masalah yang terjadi dalam PBAK ini. Ia berkata demikian karena pihaknya selaku panitia dari mahasiswa tidak benar–benar dilibatkan dalam proses pelaksanaan PBAK. “Posisi kita disini hanya anggota, kita kurang tahu menahu perihal PBAK karena ketua pelaksana dan para koordinator panitia itu dari pihak birokrat,” ucapnya.
Robby menuturkan kekecewaaanya kepada pihak birokrat selaku panitia inti karena sangat tidak ada keterbukaan dan kerjasama yang benar–benar terjalin antara pihak birokrat dan mahasiswa. Ini terlihat ketika saat diadakan rapat persiapan PBAK yang dilakukan hari kemarin. “Kemarin sore kita melakukan rapat panitia, dan dari pihak birokrasi hanya beberapa saja yang datang. Selanjutnya, mereka hanya menyampaikan konsepannya saja tanpa sebelumnya mengajak kita berunding, padahal mereka bilang bahwa kita (panitia birokrat dan panitia mahasiswa) itu sejajar,” Papar mahasiswa jurusan Manajemen Dakwah ini.
Hal senada pun diucapkan oleh Guntur, Wakil Bendahara umum tersebut mengatakan bahwa dari pihak panitia mahasiswa sama sekali tidak tahu menahu perihal keseluruhan kegiatan PBAK yang akan dijalani. “Kami tidak mengetahui teknis PBAK, baik anggaran, konsep dan juga lainnya. Kami hanya wakil dan anggota yang tidak di ikut sertakan dalam pembangunan konsep,” jelasnya.
Guntur yang merupakan perwakilan dari DEMA-F Ushuluddin ini juga menjelaskan bahwa diadakannya pertemuan ini adalah murni inisiatif dari panitia mahasiswa, tak ada andil dari panitia birokrasi karena melihat kondisi panitia sendiri serta kondisi mahasiswa UIN SDG Bandung sendiri. ”Pertemuan ini murni dari inisiatif kita, ini ketakutan kita, agar tidak ada konflik horizontal yang terjadi antar mahasiswa dan mahasiswa,” tambahnya.
Guntur pun berharap, jika nanti ada hal – hal penting yang ingin ditanyakan perihal PBAK, disilahkan untuk menanyakan langsung kepada pihak birokrat. “Kami tidak ingin semuanya dilimpahkan ke kami, kalau ada pertanyaan a, b atau c itu pihak birokrasi saja,” pungkasnya.
Pertemuan ini seolah menjadi antisipasi dari pihak panitia PBAK mahasiswa dari masalah-masalah penerimaan mahasiswa baru (bernama OPAK sebelumnya) yang kadung selalu terulang dari tahun ke tahun, seperti ketertiban acara, pembagian fasilitas sampai proses pembuatan Laporan Pertanggung Jawaban menjadi permasalahan akut yang selalu berlanjut. Sedangkan pada tahun ini, kepanitiaan inti dipegang penuh oleh pihak birokrasi, sehingga panitia dari pihak mahasiswa mewanti–wanti dan seolah ‘mengangkat tangan’ jika nanti ada masalah yang terjadi.
Reporter : Nizar Al Fadillah
Redaktur : Dadan M. Ridwan