Infografik

Perempuan dan Aksi Terorisme di Indonesia

SUAKAONLINE.COM, Infografis – Dalam dua dasawarsa terakhir daftar perempuan yang ditangkap, diproses ke pengadilan, dan dijatuhi hukuman penjara karena terduga, kemudian terbukti terlibat organisasi dan sel terorisme semakin meningkat. Institute for Policy Analysis and Conflict (IPAC, 2020) mendaftar 49 perempuan sejak 2003 sampai Juli 2020. Daftar tersebut bisa semakin bertambah sebab keterlibatan perempuan dalam terorisme di Indonesia tidak kunjung reda.

Bila sebelumnya, para perempuan dijerat dalam kasus terorisme karena menyembunyikan tersangka aksi teror ataupun hanya sekedar memantau di belakang layar. Perempuan semakin berevolusi dalam lingkaran terorisme, mereka maju satu langkah dengan memainkan peran pendukung penting dalam aksi terorisme, dan yang paling keras menjadi aktor utama pelaku teroris dengan membawa bom ataupun senjata.

Fenomena ekstremisme, radikalisme, dan terorisme khususnya di Indonesia terlihat melibatkan kian banyak perempuan. Dalam perkembangannya pun terjadi pergeseran motif perempuan yang terlibat aksi terorisme. Jika pada awal sejarah terorisme perempuan, motif tunggal karena masalah politik-konflik politik, sejak 2000-an menjadi motif ganda yaitu motif politik berpadu motif keagamaan (politico-religious). Itu tidak terlepas dari penyebaran radikalisme di media sosial.

Perempuan menjadi korban sekaligus aktor yang berperan aktif dalam melakukan aksi terorisme dengan dalih menjadi jihadis. Keterlibatan mereka dalam aksi teror tidak terlepas dari apa yang mereka lihat pada pempuan-perempuan di Palestina, Irak, Afghanistan, dan Chechnya serta sebuah bentuk kesetaraan gender yang semu, dengan dalih akan mendapatkan pahala yang setara dengan “jihadis” laki-laki.

Padahal keterlibatan mereka dalam aksi terorisme, dimanfaatkan dan dieksploitasi kemampuannya oleh “jihadis” laki-laki. Menurut Musdah Mulia dalam tulisan Perempuan dalam Gerakan Terorisme di Indonesia, “walaupun perempuan dalam aksi terorisme merupakan pelaku, namun secara hakiki mereka tetaplah korban dari ketidaktahuan dan ketidakberdayaan yang dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang memiliki niatan untuk melakukan tindakan keji dan sistematis dengan tujuan terorisme.”

Peran perempuan dalam kejahatan terorisme tidak bisa dianggap sebelah mata, bahkan mereka kali ini harus mendapat perhatian khusus. Sebab bukan tidak mungkin masa depan terorisme di Indonesia berada di tangan mereka. Bisa dibilang untuk saat ini aksi terorisme bebas gender. Mereka tak lagi melihat sebagai pria atau wanita untuk menjadi ‘pengantinnya’, tapi lebih fokus kepada tercapainya tujuan mereka.

Sumber            : idntimes.com, republika.id, infid.org, kumparan.com

Peneliti            : Rayza Fauzan Al Habsy/Magang

Desain             : Siti Hanna Alaydrus/Suaka

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas