Fresh

Valentine? Apa Kata Islam?

coklat sebagai simbolis dalam meranyakan valentine.

Coklat sebagai simbolis dalam meranyakan valentine.

SUAKAONLINE.COM, Fresh– Tren valentine sudah menjelma menjadi life style, dikalangan  muda – mudi saat ini. Kebanyakan dari mereka merayakanya, tanpa mengetahui apa maksud sesungguhnya dari perayaan tersebut.  fresh crew mau ngasih info nih tentang seajarah dan pandangan Islam terhadap perayaan valentine, penasaran? Yuk simak.

Sebenernya ada banyak versi mengenai awal mula perayaan valentine. Tapi menurut Sekertaris Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Suparman perayaan ini berawal dari masyarakat Romawi. Valentine sendiri adalah seorang martir yang hidup di masa kepemerintahan Raja Claudius II.

Valentine dibunuh karena sikapnya yang selalu membela serta berpihak pada rakyat dan menentang kerajaan Romawi pada masa itu. Karena kegigihan, ketabahan, kesabaran dan pengorbanannya tersebut, masyarakat romawi melakukan upacaran keagamaan di tanggal 14 Februari untuk mengenang valentine.

Suparman mengatakan bahwasannya dalam Islam merayakan Hari Valentine termasuk bagian dari perilaku tasyabbuh. Tasyabbuh sendiri adalah perilaku menyerupai orang lain yang mana dalam konteks ini adalah orang-orang non Islam dengan ikut melakukan tradisi, tindakan maupun segala sesuatu yang tidak ada dalam ajaran Islam.

Dalam Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud dari shahabat Abdullah bin ‘Umar radhiyallahuanhu, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 6025 dijelaskan mengenai larangan tasyabbuh yang berbunyi “barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari mereka.”  Saat ditemui oleh oleh suaka pada Rabu (10/2/2016).

Dalam prinsip Islam sendiri, kasih sayang dapat ditunjukkan kapan saja dan tidak pernah terbatas oleh hari-hari tertentu saja. Kasih sayang menurut konsep Islam juga tidak bisa digambarkan hanya dengan sebatang coklat, setangkai bunga maupun sebuah bantal hati dan pernak pernik lainnya.

Lebih dari  itu Suparman mengatakan bahwa, kasih sayang itu merupakan rasa iba yang hadir pada setiap orang yang mana ia menginginkan orang lain untuk senantiasa dalam keadaan baik, terhormat dan mulia. “Ada perasaan dari kita untuk senantiasa respect dan mengharapkan seseorang tersebut selalu dalam keadaan baik,” lengkapnya.

Reporter : Ayu Isnaini / Magang

Redaktur : Ulfah Choirun Nissa

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas