Kampusiana

Wacana Berikan Kuota, Kampus Masih Menunggu Izin

Ilustrasi: Siti Hannah Alaydrus/Magang

SUAKAONLINE.COM – Berjalan telah lebih dari sebulan yang lalu, (7/5/2020), surat tuntutan dilayangkan oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (DEMA-F) kepada jajaran birokrat Ruang Lingkup UIN SGD Bandung. Sembilan dari tuntutan tersebut salah satunya terkait pemberian fasilitas berupa kuota gratis sebagai penunjang efektivitas perkuliahan daring dan kegiatan akademik lainnya.

Disusul pada Selasa, (26/5/2020), keluar edaran Tentang Pembaruan Nomor Telepon Pada Sistem Administrasi Layanan Akademik (SALAM). Tertera  imbauan untuk menginput salah satu  nomor dari tiga provider yang tercantum dengan batas waktu hingga (9/6/2020). Wakil Rektor II, Tedi Priatna, mengaku bahwa wacana pembagian kuota telah diupayakan dan proses sudah berjalan sejak bulan Maret ketika mulai masa pandemi, sesuai dengan intruksi rektor untuk membuka jalan kerjasama dengan provider dan mencari peluang untuk membantu subsidi kuota mahasiswa.

“Itu sudah saya lakukan, surat itu saya sampaikan  ke Kementerian Agama. Apakah kita dibolehkan untuk menggunakan anggaran berkenaan dengan subsidi kuota dan ini sudah berjalan. Jadi, ketika teman-teman DEMA menyampaikan keinginan, sebenarnya kami sudah di pertengahan jalan untuk mengeksekusi itu,” ujarnya, Jumat, (12/6/2020) kepada Suaka saat diwawancarai via Telepon.

Tedi juga menambahkan bahwa sebenarnya dengan jangka waktu dua minggu yang diberikan untuk input nomor, dalam hal penggunaan dana yang awalnya belum dialokasikan, kampus tetap harus melalui proses perizinan sesuai regulasi. Salah satunya berdasarkan dari analisis kebijakan dewan pengawas Badan Layanan Umum (BLU), mengingat jumlah mahasiswa yang banyak tentu  bukan dengan penggunaan uang yang sedikit.

“Ketika memulai pendataan itu,  itu baru lampu hijau dari Kementerian.  Belum hitam diatas putih persetujuan penggunaan. Saya harus terus terang mengatakan, sambil menunggu izin sebenarnya kami berijtihad supaya nanti ketika surat izin keluar, bisa langsung di eksekusi. Mudah-mudahan minggu depan ini sudah keluar karena kita juga terus memprovokasi Kementerian supaya secepatnya keluar,” ujarnya.

Tedi mengaku pihaknya sudah bertemu dengan pihak tiga provider yang dipilih. Ia berharap semoga minggu depan kuota sudah bisa diberikan kepada mahasiswa. Nantinya kuota akan diberikan langsung oleh provider ke nomor yang sudah diisi oleh mahasiswa di laman web Salam. “Kami membayarnya pada provider. Karena kami kan tidak boleh membagikan uang,” jelasnya.

Berkenaan dengan provider, Tedi mengungkap alasan pemilihan tiga provider karena  diasumsikan itu provider yang paling popular dan yang sering digunakan.  “Pencairannya pun tergantung izin yang diberikan Kementrian, apakah misalnya boleh sekaligus seumpama 20 GB atau berangsur per bulan. Tapi yang jelas, kalaupun nanti misalkan keluar malah setelah selesai kuliah semester genap, tetap disampaikan dan diberikan. Karena nomenklaturnya kan bantuan, paling tidak, empati kita, keberpihakan kita pada mahasiswa ya terasa lah.” Tambahnya.

Sementara itu, berdasar data yang diterima Suaka dari Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data  (PTIPD), Undang Syaripudin, berkenaan rekap data input nomor mahasiswa per 15 Juni 2020 pukul 20:25 WIB, dari total 22.652 mahasiswa aktif di 9 fakultas, masih ada 8.118 mahasiswa yang belum menginput nomor pada web Salam.

Undang mengatakan, apakah akan ada perpanjangan atau tidak, dikembalikan ke kebijakan pimpinan. “Harapan dari kami, semua mahasiswa bisa mengisi.  Kami di PTIPD hanya diberikan tugas untuk mengumpulkan datanya, untuk sementara sesuai data, yang paling banyak input itu provider Telkomsel,” ujarnya saat diwawancarai via WhatsApp, Selasa (16/6/2020).

Salah satu mahasiswa Administrasi Publik, Alma Mahisha Brida, mengungkapkan, memang terjadi peningkatan pembelian kuota di tiga bulan terakhir. Karena kuota yang sebelumnya diberikan UIN lebih banyak untuk media E-learning, sedangkan tugas dan proses perkuliahan yang diberikan dosen lebih banyak menggunakan Youtube, Google Meet dan sejenis itu yang cukup memakan kuota dan  tidak bisa menggunakan kuota gratis.

Alma mengaku bingung dengan wacana pemberian kuota. Pemberian kuota menjelang Ujian Akhir Semester (UAS) menjadi tanda tanya besar. Belum lagi kegiatan akademik yang banyak dilakukan daring. “Kenapa gak dari awal gitu, soalnya udah mau UAS juga. Terus jujur, kan ini KKN Daring, PKL Daring, lumayan susah nyari datanya jika cuma tiga provider itu yang dikasih. Karena kondisi mahasiswa itu beda-beda. Dirumahku sendiri, provider yang ditawarkan memang  yang sinyalnya agak  susah, jadi ya kalau mau dikasi, iya gitu, enggak juga enggak apa-apa.” Ujarnya,  Selasa (16/6/2020).

Reporter: Siti Hannah Alaydrus/Magang

Redaktur: Awla Rajul/Suaka

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas