
Foto: Alfatan Zullyansyah/Kontributor
Seperti hari-hari biasa beranjak dari kelas, abdi menyempatkan diri untuk ngopi di depan Gedung Perkuliahan R. Sembari melihat perkiraan cuaca di Saluran WhatsApp BMKG, bahwasanya bulan November telah memasuki musim hujan. Di bulan ini, setiap menjelang sore hari, langit selalu mendung, dan turun hujan yang tiada hentinya. Tapi hari ini, ada kejadian yang cukup unik setelah usainya mata kuliah juga setelah terjadinya hujan angin ribut dor-dar. Kebiasaan abdi sesudah kuliah teh sok ngopi, berubah jadi fotografer amatir. Niatan awal abdi ingin berangkuy balik ke kosan. Malah, abi mengabadikan foto langka: kolam renang yang cukup asyik dengan air alami — walau sedikit kiruh jiga cai kopi — di parkiran dekat Gedung R UIN hiji.
Di dalam hati kecil menggema suara advokat iblis—tos mah setiap hari teh parkiran pinuh ditambah ayena kabanjiran. Sontak, abdi tulis sentilan buat birokrasi yang selalu mengumandangkan — seperti sound horeg — “kampus no. hiji se-ptkin”. Tapi semua eta, hanyalah dusta, dan ejakulasi birokrasi. Tidaklah pantas bagi kampus no. hiji se-PTKIN mempunyai fasilitas kampus seperti itu. Lahan parkir mahasiswa sulit, sesulit gaji guru honorer, banjir di dalam daerah kampus, seperti balong paranti mancing.
Akhir tulisan gabut ieu, perbaiki fasilitas kampus, sampai bisa dikatakan layak menjadi no. hiji se-ptkin. Bukanya gogorowokan di media sosial — “no. hiji se-PTKIN” — kita tidak butuh validasi, juga claiming tak guna. Segerakan perbaikan fasilitas kampus, benahi sampai ke akarnya. Tindakan nyata dari birokrasi yang dapat memandatkan UIN Bandung no. hiji se-PTKIN bukan koar-koar yang tiada gunanya. Sekian tulisan receh ieu, abdi tutup ku pantun.
Jalan-jalan ka Sumedang
Tong hilap meser tahu hiji
Iraha deui ninggal kolam renang
Di jero Kampus UIN hiji
Salam, semoga sehat selalu birokrasi ter-cintahhh.
Alfatan Zullyansyah
Fakultas Adab dan Humaniora
UIN SGD Bandung
