SUAKAONLINE.COM, Bandung, — Setelah tiga tahun tak muncul, akhirnya festival zine terbesar di Bandung kembali digelar. Mereka yang menamakan diri sebagai jaringan pertemanan (Networks of friends) Bandung kembali mengadakan festival media alternatif. Festival tersebut dikemas dalam sebuah rangkaian acara yang bernama Bandung Zine Fest 2016 yang digelar di Spasial Jalan Gudang Selatan No.22 Bandung, Sabtu (27/8/2016).
Pagelaran yang sebelumnya pernah diadakan pada tahun 2012 dan 2013 ini, merupakan rangkaian dari sebuah festival alternatif seperti zine, newsletter dan pamflate. Salah satu anggota dari Jaringan Pertemanan Bandung, Deden Erwin Suherman mengatakan, bahwa Bandung Zine Fest 2016 mengcover para self publisher dan self distributor, serta bertujuan menjadi ajang gathering dan sharing pengalaman untuk penggiat dan penikmat media alternatif. Selain itu, acara ini juga mengajak artis-artis lokal seperti Mufty ‘Amenk’ Priyanka untuk ikut berkontribusi dan berkarya bersama.
“Untuk semua artwork disini, kita mendapat bantuan penuh dari Amenk coy. Ia berkontribusi penuh mulai dari konsep artwork awal hingga hari H,” terang Deden saat ditemui Suaka di sela-sela acara.
Bandung Zine Fest 2016 diisi dengan booktalks bersama Dokter Marto dari Jakarta dan dilanjutkan dengan talkshow bersama Yuen, editor zine asal Kuala Lumpur Malaysia Shock N’Awe dan Didi Painsugar dari komunitas Pena Hitam.
Dede melanjutkan, Peserta Bandung Zine Fest 2016 masih didominasi penggiat media alternatif pulau Jawa. Walaupun ada juga yang datang jauh-jauh dari Padang, Sumatra Barat. Namun ada juga penggiat zine dari Amerika dan Kuala Lumpur Malaysia yang hanya mengirimkan zine-nya saja untuk di publikasikan.
Salah satu pengunjung acara tersebut, Dani Ramdani berpendapat bahwa Bandung Zine Fest 2016 merupakan acara yang menarik. Menurutnya, baru kali ini banyak penggiat zine yang datang dari luar kota. Pria yang berkuliah di jurusan Sastra Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) tersebut mengaku lebih senang membaca zine sebagai alternatif ketimbang media mainstream, karena ia dapat menemukan hal-hal gila didalamnya dan tidak membosankan seperti koran.
“Zine itu bagus karena dapat menyampaikan keluh kesah kita, kita yang mungkin jarang didengar suaranya sama pemerintah dari pada demo atau apapun, mending bikin zine,” ujarnya penuh semangat. Ia berharap media alternatif seperti zine kedepannya dapat lebih berkembang lagi dan banyak diketahui oleh masyarakat luar. Karena masih sedikit orang yang tahu tentang media alternatif seperti zine.
Reporter : Ricky Priangga Subastiyan
Redaktur : Edi Prasetyo