SUAKAONLINE.COM – Kecintaan terhadap seni tari Indonesia, membuat Dwi Asti Wulanjani semakin tergugah untuk menciptakan berbagai macam gerak dengan ramuan tradisi. Memahami berbagai gerak tari baik tradisi maupun kontemporer, membuat ia dikenal hingga tingkat Internasional. Berbagai tarian nusantara ia kuasai, namun fokusnya tetap pada tarian pulau Sumatera khususnya Jambi yang merupakan tempat kelahirannya.
Gadis berusia 24 tahun yang menetap di Taiwan ini, tetap fokus untuk menjadi koreografer dan penari karena tari telah menjadi bagian hidup dan mata pencahariannya. Awal mula ia berkiprah dimulai dengan menari tarian melayu di tanah Jambi tempatnya dilahirkan, dengan tari Zapin yang berhasil ia juarai ketika duduk di bangku Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Dunia tari sudah ia geluti sejak kecil hingga duduk di bangku perkuliahan, ia memilih jurusan tari di Institut Seni Indonesia Padang Panjang (ISI Padang Panjang) sebagai awal mula wadah untuk menggali potensi tari yang ada di Nusantara.
Tak hanya sekedar menjadi mahasiswi, bahkan ia mengikuti berbagai pertunjukan diberbagai acara di pasar industri seni. Hampir semua pengalaman pertunjukan tari menjadi salah satu hal yang mengesankan baginya, karena disetiap penampilan memiliki cerita yang berbeda dan pengalaman yang berbeda pula.
“Tapi satu hal yang selalu saya ingat disetiap akhir pertunjukan, saya selalu menangis bahagia karena bersyukur sampai detik itu Tuhan Swt selalu memberikan kesempatan untuk saya melihat senyum bahagia orang lain terutama orang tua saya, dan saya percaya usaha tak akan pernah menghianati hasil,” kata Wulan ditengah aktifitas kerjanya, Jumat (23/12/2016).
Sebagai Seniman Perempuan, banyak hal yang ingin diciptakan oleh penari muda ini. Salah satunya ingin menjadi seniman tari perempuan yang akademis, intelektual, dan akan direvitalisasi menjadi karya baru yang bersifat kontemporer hingga menjadi apresiasi bagi masyarakat.
Sebagai bentuk kepeduliannya terhadap seni tari, pada masa perkuliahan ia berinisiatif untuk membuka komunitas tari bernama “Manusia berbisik “ yang mengusung konsep Back to Traditional. Nama komunitas yang diangkat dari judul karya tugas akhir saat kuliahnya ini, dibuat dengan tujuan untuk menjawab kerisauan sebuah permasalahan yang sering tidak terpecahkan di antara masyarakat, serta memberikan pesan terhadap setiap penikmat seni yang menyaksikan.
Awalnya komunitas ini terbentuk dari sekumpulan orang yang berkecimpung sebagai penari dan koreografer saja. Seiring waktu, ia pun mendapat masukan dari para penarinya bahwa mereka ingin belajar lebih dari Wulan serta belajar bersama untuk menjadi seniman perempuan yang mencintai serta memberikan informasi melalui karya seni.
Wulanpun merasa sangat bahagia, tapi antusias para penari ini tetap tinggi hingga mereka sering melakukan penjelajahan diberbagai tempat, mencoba menggali kembali potensi budaya dari setiap daerah asal mereka untuk menghasilkan karya baru. Proses untuk memperjuangkan komunitas ini tak semudah yang diimpikan, ia pun membentuk manajemen untuk mencari tempat pementasan beserta sponsor .
Berbagai hambatan dirasakan oleh Wulan, seperti biaya produksi yang kurang memadai, penari yang belum mampu mengembangkan ide dan karya sehingga ia harus selalu memberikan latihan ekstra baik itu keperpustakaan dan riset kelapangan, ataupun di berbagai tempat untuk eksplorasi alam dan menari dengan benar. Wulan bisa dinilai sebagai seorang koreografer yang disiplin dalam segala hal. Ia tidak pernah menerima alasan apapun dari para penarinya jika merugikan komunitas, serta selalu memiliki sistem latihan yang terencana.
Hingga akhirnya berbagai prestasi ia raih diantaramya, juara 1 lomba Tari Zapin tingkat PAUD Kabupaten Tanjung Jabung Barat, juara 1 lomba Tari Tingkat SMP Provinsi Jambi (2005), juara 3 Honda Idol Provinsi Jambi (2007), penyaji Tari Terbaik Jambi Expo (2009), juara 1 dance Sophie Paris se-Sumbar 2011, dan the Best hip-hop.
Selain mendalami beragam corak tarian, Wulan aktif di berbagai festival budaya baik sebagai penari, komponis, maupun koreografer tingkat kabupaten, kota, provinsi, nasional dan Internasional. Jam terbangnya ditingkat Internasional sudah cukup banyak, seperti di pementasan Pesta Gendang tahun 2009, Apresiasi Seni bersama Sanggar Pinang Masak tahun 2012, Penyambutan Menteri Kebudayaan 2014, Kolaborasi Indonesia-Malaysia 2015 di Kuala Lumpur Malaysia, pementasan Merantau 2015 di Singapura, pementasan Tangga Mimpi para Petarung 2013 di Belanda, dan Festival tong tong far 2016 di Den Haag, Belanda. Kini, Wulan berkonsentrasi mengajar sebagai koreografer tari sebuah hotel di Taiwan
Reporter : Delvia Yosa Amanda
Redaktur : Hasna Salma