
(Dok. Suaka)
SUAKAONLINE.COM – Kini perpustakaan UIN SGD Bandung sedang melakukan perpindahan sumber kepustakaan dari buku ke jurnal Internasional. Sudah hampir 7 bulan, perpustakaan UIN SGD Bandung berlangganan jurnal-jurnal Internasional. Biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit, kurang lebih Rp 250 juta. Dalam pemindahan sumber kepustakaann, dibutuhkan teknologi yang canggih. Ini dimaksudkan agar mahasiswa lebih pintar terhadap teknologi yang sudah berkembang pesat dan juga lebih menguasai bahasa Inggris.
Sudah hampir satu setengah tahun, perpustakaan UIN SGD Bandung menghentikan pembelian buku yang digantikan dengan jurnal-jurnal Internasional. Dalam pemindahan sumber kepustakaan juga, perpustakaan menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan lainnya, seperti server dan teknologi canggih. Perpustakaan sudah mempunyai server tersendiri yang dapat diakses oleh mahasiswa dimana pun dan kapan pun, serta bisa melalui smartphone mereka.
Menurut Kepala Perpustakaan, Ija Suntana, Perpustakaan UIN SGD Bandung siap dengan momen akademik yang baru, dimana para akademisi sudah banyak menggunakan jurnal-jurnal untuk sumber materi. Perpustakaan juga sudah mengantisipasi jika nanti nya paperless itu diberlakukan di Indonesia. Tapi meskipun begitu, buku juga masih menjadi primadona di beberapa kalangan akademik, Selasa (14/3/2017).
“Kalo sekarang buku tidak terlalu signifikan. Itu bukan isu utama lagi, sekarang isu utama di lembaga-lembaga pendidikan itu jurnal. Jadi kalo kita masih membicarakan buku, kita sudah kehilangan moment akademik, karena sekarang lebih memperbanyak jurnal online,” tambahnya.
Hambatan yang terjadi dalam pemindahaan kepustakaan ialah, ketika mahasiswa lemah terhadap bahasa Inggris. Sehingga masih jarang mahasiswa yang mengakses jurnal-jurnal Internasional untuk dijadikan sumber materi mereka. Pihak perpustakaan berusaha untuk memfasilitasi mahasiswa dengan maksimal. Hanya saja jika kita melihat pada tataran kehidupan nyata yang terjadi di UIN, mahasiswa masih asing dengan jurnal-jurnal Internasional.
Meski begitu, perpustakaan tetap melakukan pengadaan buku lagi. Anggaran yang dikeluarkan terbilang lumayan, berkisar Rp 500 juta. Untuk pengadaan buku, perpustakaan akan benar-benar selektif, apa yang dibutuhkan dan memang bermanfaat. Sebelumnya dilakukan penjaringan buku, dengan menyebarkan kuisioner kepada beberapa mahasiswa. Selain itu juga, perpustakaan akan mengadakan rapat dengan Wakil Dekan I di tiap-tiap fakultas untuk mengetahui buku apa saja yang dibutuhkan.
“Saya menjaring kebutuhan mahasiswa dengan kuisioner. Jadi buku apa saja yang dibutuhkan, lalu yang kedua meminta kepada Wakil Dekan I di setiap fakultas, mengenai judul buku yang mereka butuhkan. Itu yang dijadikan untuk dasar pembelian buku nantinya,” pungkasnya.
Reporter : Metha Vegiantri/ Magang
Redaktur : Hasna Salma