SUAKAONLINE.COM – Lembaga Seni Lukis dan Kaligrafi (LSLK) UIN SGD Bandung merayakan hari jadinya yang ke 23 tahun. Berbagai rangkaian acara seperti Pameran Lukis, Lomba Kaligrafi, dan Workshop Seni Cukil dilaksanakan selama tiga hari, mulai 27 hingga 29 November 2018 di Aula Abdjan Soelaeman, UIN SGD Bandung.
Hari pertama, perayaan milad LSLK dilaksanakan pameran lukisan yang bertajuk Seni untuk Rakyat (Suara). Pameran ini terfokus pada karya lukis tentang problematika dan dialektika atas realitas kehidupan sosial masyarakat yang terjadi dengan mengidentifikasi persoalan identitas kultur masyarakat Indonesia. Tak hanya itu, pameran ini pun bertujuan untuk mengingatkan kembali masyarakat agar bangga akan budaya sendiri yang mengajarkan kebersamaan dan saling menghargai atas nama kemanusiaan.
Selanjutnya, di hari kedua, LSLK mengadakan lomba kaligrafi kontemporer. Menurut ketua pelaksana, Hillaluzikri mengatakan alasan memilih mengadakan lomba kaligrafi karena merupakan basic LSLK sendiri, juga sebagai branding kepada calon anggota baru. Selain itu lomba ini juga bertujuan untuk mengasah kemampuan peserta lomba yang notabene adalah mahasiswa UIN SGD Bandung.
Peserta yang mengikuti lomba kaligrafi kontemporer ini berjumlah sepuluh orang. Dari sepuluh tersebut hanya diambil tiga pemenang lomba. Juara pertama diraih oleh mahasiswi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam semester satu, Eli Melani. Juara kedua diraih oleh mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi Jurnalisti semester satu, Anggi Astuti. Dan juara tiga dirah oleh mahasiswi Manajemen Keuangan Syariah semester 3, Nurul Azmi.
“Semoga aja dengan digelarnya acara ini dan pameran serta lomba yang diadakan oleh LSLK, saya berharap LSLK untuk ke depannya semakin sukses dengan karya-karya lukis yang diciptakan,” ujar Hilal.
Hari terakhir, acara dimeriahkan oleh beberapa penampilan dari Jaringan Anak Sastra (JAS) yang membacakan puisi, kemudian ada juga penampilan musikalisasi puisi oleh Alimenyanyi, lalu penampilan grup band bumi memanggil. Komunitas Cukil juga turut memeriahkan acara dengan menggelar workshop seni cukil.
Acara ditutup dengan penampilan Fajar Merah yang menyanyikan lagu-lagu sarat makna. Seperti lagu Bunga dan Tembok, Kebenaran Akan Terus Hidup, dan Apa Guna yang menyatu dalam satu album ini menceritakan isu menolak lupa tentang kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Lagu-lagu tersebut juga merupakan musikalisasi karya Wiji Thukul yang didedikasikan kepada para tokoh pejuang HAM seperti Marsinah dan Munir yang merupakan tokoh-tokoh yang menjadi inspirasi bagi Fajar Merah
Reporter : Rizky Syahaqy
Redaktur : Muhamad Emiriza