SUAKAONLINE.COM – Civitas akademik di Kampus UIN SGD Bandung memiliki aktifitas yang padat dengan kegiatan berbeda-beda. Kampus 1 UIN Bandung memiliki tiga akses pintu masuk, di mana gerbang utama berada di Utara Kampus yang sering digunakan untuk keluar masuk menggunakan kendaraan atau berjalan, dua lainnya berada di perbatasan Cipadung dan Manisi dengan dibatasi pintu besi. Sedangkan di Kampus 2, hanya ada dua gerbang saja yang sering dilalu-lalangi civitas kampus.
Padatnya kegiatan civitas di kampus membuat keamanan menjadi sulit diamati, terutama pada malam hari. Melihat situasi tersebut, acap kali dimanfaatkan maling untuk beroprasi di sekitaran kampus. Dengan modus menyamar sebagai mahasiswa, maling seringkali menyasar gedung-gedung yang sering luput dari pengawasan.
Seperti halnya Mahasiswa Pencinta Kelestarian Alam (Mahapeka), Intan (bukan nama sebenarnya). Ia menceritakan kepada Suaka ketika kehilangan Handphone (HP) di Sekretariat Mahapeka, Gedung Student Center (SC), pada Senin, 10 Oktober lalu. Saat itu ia dan beberapa temannya sedang menanam bibit telan dan matahari sembari membuat video.
Selang menanam bibit, HP-nya kehabisan baterai setelah ia membuat vlog seperti biasanya. Lalu, ia pun meminta tolong temannya untuk mengisi daya ulang baterai-nya. Tidak lama kemudian, teman Intan pergi sholat dan menutupi HP dengan gitar. Saat Intan kembali hendak mengambil HP-nya, hanya tersisa cas-an HP saja. “Itu cuma ditinggal salat doang udah nggak ada. Aku teh masih positive-thinking mungkin kebawa,” ucap Intan menenangkan dirinya, Senin (31/10/2022).
Dari kejadian itu, Intan bukan satu-satunya korban kehilangan HP. Beberapa barang bernilai milik pengurus Mahapeka turut hilang. “Kebetulan pas tanggal 10 itu, di situ (sekre mahapeka -red) emang sepi. Kan biasanya rame. Dan kebeneran, kan di sini teh ada tas ya, tas ketum. Ada dari wc itu, terus pas diliat uang 300 ribu sama indomie. Terus di sekre juga ada lima tas, tas tiga di bawah deket pintu itu dibongkaran, pokoknya ruang pengurus diacak-acak,” lanjutnya menerangkan kronologis.
Kecurigaan muncul kala seniornya yang berkunjung ke sekre melihat seorang pria yang memakai helm bolak-balik ke toilet. “Gini, kan senior ke sana ke ruang pengurus, si malingnya ngikut. Nah pas mau masuk ke dalam si malingnya nengok, ‘apa ngab’ kata si malingnya. Senior aku teh rada kesel pengen nonjok tapi ‘nanti-nanti’, di-‘jangan-jangan’ takutnya apa, siapa,” ucapnya menirukan seniornya.
Kecurigaan tersebut dibenarkan dengan ditangkapnya pelaku di Gedung Syariah dan Hukum (Syarkum) pada Kamis, 27 Oktober lalu. Pada awalnya maling tersebut mengelak tidak melakukan pencurian di kampus, tetapi saat senior Intan, sejumlah mahasiswa, dan satpam mengintrogasinya, maling tersebut mengakui perbuatanya. Diperkirakaan kerugian mencapai 6 juta ditambah satu bungkus mie instan yang ikut digondolnya.
Pada saat itu juga, Polisi datang dan langsung membawa pelaku pencurian untuk diperiksa, setelah dihubungi oleh satpam. Namun tidak sampai di situ, saat di Kantor Polisi Sektor (Polsek) Panyileukan, proses pelaporan yang dilalui Intan agak dipersulit dan lama. Ia harus menunggu dihubungi oleh Polisi terkait perkembangan kasusnya. “Katanya pas waktu kemarin, ‘nanti aja Neng sama bapak di-chat lagi’. Tapi sampai sekarang belum ada. Paling lama kalau nggak salah tuh 3 bulan, ya,” ujarnya.
Bermanuver dari satu gedung ke gedung lainnya
Di lain sisi, Asrama Ma’had Al-Jami’ah berkali-kali didatangi orang tak dikenal dan mencurigakan. Musyrif Ma’had, Irfan, menjelaskan sebelum terjadinya kehilangan HP di SC, ada seorang pria yang datang dan beralasan untuk mendaftarkan adiknya untuk mondok di Ma’had. Lalu, pria tersebut izin sebentar ke kamar mandi dan mengatakan tidak ada air. Sedangkan menurut Irfan air di toilet selalu ada.
Lalu, pria tersebut bermodus meminta izin mengecek kamar untuk adiknya dengan alasan akan mendaftarkannya ketika berkuliah di UIN, namun ditolak karena kecurigaan Irfan. Pria itu sempat beralih menuju asrama putri, di gedung Mabna Aisyah dan Khadijah tetapi gagal karena laki-laki tidak diperbolehkan masuk.
Tidak berhenti sampai di situ, pria itu langsung masuk ke gedung SC bertepatan kejadian hilangnya HP Intan. “Setelah itu malamnya ribut di SC, ada yang kehilangan handphone, saya belum tahu kehilangannya itu bagaimana, dan kami pun baru mencurigai pelaku tadi sore dan belum menyangka bahwa itu adalah pelakunya. Tidak mungkin kami langsung menuduh dan sebagainya,” ujar Irfan saat diwawancarai di Ma’had, Rabu (2/11/2022).
Dua minggu pasca kabar kemalingan, pria yang sama datang kembali dan menyatakan sudah mendaftarkan adiknya melalui formulir yang diberikan satpam gerbang utama. Irfan tidak langsung percaya begitu saja, ia membawa pria tersebut menghadap satpam. Ditunjuklah satu satpam di gedung Syarkum, lalu satpam itu mengelak, sebab formulir pendaftaran Ma’had adalah diluar fungsi satpam yang fokus mengamankan kampus.
Mahasiswa semester lima tersebut langsung memanggil pengurus Mahapeka untuk dimintai keterangan atas kecurigaan pria tersebut. Setelah satu jam diintrogasi, akhirnya ia mengakui perbuatan pencurian dua HP di SC. Pria ini sebelumnya pernah terpantau di CCTV fakultas Ushuluddin untuk melakukan aksi pencurian. Namun gagal, sebab saat ia membuka laci sama sekali tidak menemukan barang berharga, ia menutupi perbuatannya dengan mengambil tiga lembar tisu.
“Sebelum kejadian itu dia sudah masuk ke gedung fakultas Ushuluddin dan itu tersebar di media sosial mahasiswa kan ada rekaman CCTV nya dan dia terlihat membuka-buka laci dan mungkin tidak ada barang berharga yang bisa diambil. Dan supaya mengalihkan orang lain dan sebagainya mungkin agar dilihat di CCTV itu hanya mengambil tiga buah tisu,” lanjut mahasiswa jurusan Hukm Keluarga Islam itu.
Lika – Liku Keamanan Kampus
Kasus kehilangan barang seringkali terjadi disetiap waktu dan tempat, Irfan menceritakan Ma’had sebelumnya juga pernah kehilangan tiga monitor, satu laptop dan HP. Namun, pelaku masih belum jelas hingga kini. Satuan Pengamanan (Satpam) kampus selalu disudutkan ketika terjadi kehilangan.
Suaka mewawancarai Kepala Satpam, Dedi Rosadi untuk dimintai keterangan terkait pengamanan di kampus. Ia menyampaikan sebagai pihak keamanan sudah menjalankan tugas dan berusaha semaksimal mungkin.
Petugas keamanan yang di hire oleh kampus kesulitan untuk mengawasi seluruh civitas kampus, apalagi sulit bagi mereka untuk membedakan mahasiswa dan bukan. Setiap hari, satpam bisa mendapatkan 15 kunci motor yang tertinggal akibat kurang kesadaran mahasiswa. Dedi mengeluhkan keterbatasan kinerja satpam terhadap tempat parkir, menurutnya diperlukan petugas parkir untuk membantu penjagaan.
Jika mahasiswa lalai terhadap kunci motornya yang tertinggal, maka ada mekanisme dari satpam sebagai syarat mengambilnya. Pertama, motor akan dibawa ke pos satpam untuk diamankan. Kedua, jika mahasiswa hendak mengambil motor harus menunjukan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK). Ketiga, mahasiswa harus mengisi laporan di pos satpam.
Selain itu, Dedi juga mengkhawatirkan kepada mahasiswa yang membawa barang mahal ke kampus, dikarenakan rawan menarik perhatian tindakan pencurian. Lebih lanjut, fasilitas keamanan seperti CCTV belum sepenuhnya terjangkau dan dimonitori oleh satpam.
“Kita pun minimal bisa memonitor dan kalau ada CCTV di tempat parkir kita berharap monitornya itu ada di pos. Jangan ada di gedung Al-Jamiah, karena siapa yang memantau. CCTV haruya dilihat tiap hari, perjam itu kita harus menyiapkan orang untuk melihat CCTV. Jadi sebatas CCTV aja tanpa dilihat, pas ada (maling -red) baru dicari. Harusnya kita dipantau CCTV itu, dilihat tiap hari, tiap jam, tiap menit, tiap detik,” ungkap Dedi ditengah kesibukannya, Kamis (3/11).
Ia sangat berharap ada peningkatan fasilitas keamanan kampus dan rambu-rambu untuk mengingatkan kesadaran civitas akademik terhadap keamanan. Tidak jarang, Dedi kesal atas ketidaksadaran mahasiswa yang sulit diatur, menurutnya mahasiswa memiliki dedikasi yang tinggi tapi aturan-aturan kampus dilanggar.
Dedi juga mengeluhkan prihal pemantauan CCTV yang hanya bisa diakses oleh Al-Jamiah. Menurutnya hal demikian membuat Dedi dan seluruh satpam yang bertugas sedikit terhambat saat memonitoring ketika ada maling. “Nah itu, yang selama ini dimonitori Al-Jamiah, kita satpam tidak diberi kewenangan melihat CCTV. Itu yang ada di pos depan itu kan ada CCTV, (harusnya -red) itu langsung dipantau oleh satpam, keluar masuknya,” lanjutnya.
Selain satpam yang memiliki tugas pengamanan, Resimen Mahasiswa (Menwa) memiliki peran aktif keamanan kampus. Komandan Provos Menwa, Tony, mengungkapkan keamanan secara administratif berada di bawah tanggungjawab Menwa. Tony sadar akan kurang sosialisasi untuk mahasiswa jika terjadi kehilangan administratif harus melapor Menwa terlebih dahulu.
“Nah, kita ngasih tahu ke temen-temen, kalau ada kehilangan, buat surat kehilangan dulu. Tapi rata-rata suka mengabaikan, dipikirnya langsung dilayanin. Padahal suruh minta surat kehilangan dulu ke sini (Menwa -red),” jelas Tony saat diwawancarai di sekretariat Menwa, Rabu (16/11/2022).
Ia juga menjelaskan yang dimaksud administratif ialah ketika mahasiswa kehilangan karut KTP, KTM, dan sebagainya. Untuk kehilangan motor, helm, HP, atau barang berharga lainnya di luar tanggung jawab Menwa. Tetapi ia juga mengatakan jika ada yang melaporkan kehilangan, ia akan segera mengumumkannya di Instagram resmi Menwa.
“Kita berbicara administrasi saja, jadi kalau handphone nih kita jarang ada laporan HP. Karena itu diluar tanggung jawab kami. Kalau kehilangan KTP, ada dari anggota kami, temennya nemuin KTP, ‘ini kamu kan Menwa, ini saya nemu KTP’ nah dari situ kita buat di IG, yang kehilangan KTP ini silahkan hubungi Menwa,” tegasnya.
Tony juga memperingatkan ciri-ciri orang yang patut dicurigai, diantaranya perilaku yang berulang dan sama seperti mengawasi keadaan sekitar. Kedua, dari mimik muka, jika seorang yang mahir akan tampak tenang, namun, spontan panik jika mendengar sesuatu. “Selain itu, dari raut wajah sih, mungkin kalau udah mahir itu bisa tenang, tapi seterang-terangnya dia tenang, denger sesuatu langsung panik, jadi dari tatapan mata,” lanjut mahasiswa jurusan Psikologi itu.
Pihak Kampus Belum Temukan Solusi
Berangkat dari kasus tersebut, Suaka menemui Kepala Bagian Umum, Fathujaman di ruangannya sebelum dinas ke luar kota. Menyinggung penangkapan kasus pencurian, Fathujaman tidak tahu hal tersebut. Ia mengatakan kemungkinan laporan penangkapan ada pada staf-nya, Subbag Rumah Tangga. Laporan keamanan periodik tidak diberlakukan, tapi setiap minggu laporan masuk melalui whatsapp group. Ia selalu menekankan intgerasi keamanan tertuju pada satpam.
Kebebasan akses keluar-masuk kampus menjadi titik utama permasalahan untuk meningkatkan keamanan kampus. “Kita tidak bisa menggembok atau menutup setiap saat pintu, kemudian kita juga kesusahan mengidentifikasi siapa ini orangnya, mahasiswa atau bukan. Itu sangat dipahami oleh kita semua ya, sehingga kita belum bisa menemukan langkah-langkah strategis untuk pemisahan, pembedaan untuk mahasiswa dengan yang tidak,” ucap Fathujaman, Jum’at (18/11/2022).
Upaya peningkatan sistem keamanan kampus seringkali berbenturan dengan kepentingan kampus, yakni kampus sering mendapatkan tamu. Ia juga menyampaikan susahnya menemukan solusi dari akar permasalahan keamanan. Sekitar 70-an satpam di kampus, tapi melihat kondisi kampus yang padat dan kurang teratur mengharuskan satpam bekerja dua kali menjadi tukang parkir.
Terkait CCTV di lahan parkir, ia mengatakan bahwa saat ini CCTV hanya terpasang di sekitaran lahan parkir gedung Al-Jamiah saja. “Kemudian titik-titik parkir yang dekat dengan ini (Al-jamiah) udah. Karena memang titik parkir yang kita juga masih kurang. Kita coba mengoptimalkan ya, lahan-lahan yang ada, yang tadinya lahan tidak dipakai, kita tata,” lanjutnya.
Rencananya pihak kampus akan memasang CCTV di seluruh gedung dan parkiran sesuai anggaran yang dimiliki. Fathujaman sudah mengusulkan petugas parkir kepada pimpinan agar satpam melakukan pengamanan secara umum. Namun, akses pintu belakang kampus tidak bisa dihindari. “Kita punya tiga pintu, tapi kita betul-betul daerah itu (gerbang DPR dan belakang gedung saintek -red) diamankan. Saya yakin orang sana, yang tidak punya kendaraan, jalan kaki akan jauh juga tuh, kita menghargai itu,” ucapnya
Selain itu, ia mengatakan upaya kampus dalam menanggapi kasus pencurian di SC ialah pihak kampus akan melapor dan memebrikan sanksi ke perusahaan di mana para satpam itu di-hire. “Kita lakukan pembinaan, melalui organnya, kita tekan, kita ultimatum, sebab kami tidak bisa memecat si A atau B, kami hanya bisa memberikan sanksi ke perusahaannya,” ujarnya.
Ia juga melanjutkan, jika ada mahasiswa yang kehilangan barang langsung melapor ke satpam. Sebab, kampus sudah menitipkan seluruh keamanan ke satpam yang diberi perintah langsung untuk menjaga lingkungan kampus. “Dan ketika ada kehilangan, harus (langsung -red) melaporkan ke bagian keamanannya. Yang tiap hari, tiap saat ditugasi,” ujarnya.
Reporter: Mohamad Akmal Albari/Suaka
Redaktur : Yopi Muharam/Suaka