Infografik

Adisutjipto, Sang Pengukir Sejarah Penerbangan Indonesia

SUAKAONLINE.COM, Infografis – Tanggal 27 Oktober ditetapkan sebagai hari Penerbangan Nasional. Hari bersejarah ini bermula ketika Komodor Udara saat itu, Agustinus Adisutjipto menerbangkan pesawat jenis Nishikoren yang dicat merah putih. Adisutjipto menerbangkannya di Pangkalan Udara Maguwo yang sekarang bernama Pangkalan Udara Adisutjipto.

Saat itu, Pangkalan Udara Maguwo, Yogyakarta memiliki 50 unit Pesawat Cureng atau pesawat rampasan dari penjajah Jepang. Dari hasil pemeriksaan secara umum, sebagian besar pesawat tersebut dinyatakan dalam keadaan rusak, kecuali tiga yang masih dalam keadaan lengkap walaupun mengalami kerusakan ringan. Selanjutnya, pada 26 oktober satu pesawat dinyatakan siap test flight dan diberi tanda berupa lingkaran berwarna merah putih sebagai simbol bendera Republik Indonesia.

Kemudian pada 27 Oktober terpilihlah Adisutjipto untuk menerbangkan pesawat dalam rangka merayakan Hari Sumpah Pemuda. Alasannya, karena ia memiliki wing penerbang yaitu Groot Militaire Brevet. Dengan didampingi Rudjito, penerbangan ini tercatat sebagai penerbangan pesawat beridentitas merah putih pertama di Indonesia oleh pemuda Indonesia sendiri.

Setelah penerbangan pertama itu, para teknisi terus memperbaiki pesawat-pesawat yang ada di Mugowo. Hingga pada Januari 1946 sebanyak 25 pesawat berhasil diperbaiki dan siap terbang. Pesawat yang sudah diperbaiki ini pun difungsikan sebagai pesawat latih. Adapun Iswahjudi, Makmur, dan Adisutjipto menggunakannya untuk latihan terjun payung atas perintah Suryadi Suryadarma selaku kepala Tentara Keamanan Rakyat (TKR) jawatan Penerbangan. Hingga tercatat sebagai pesawat pertama yang digunakan dalam latihan terjun payung.

Sehubungan dengan itu, hanya berbekal Alutsista (Alat Utama Sistem Senjata Tentara Nasional Indonesia) yang terbilang minim seperti pesawat rampasan Cukiu, Nishikoren, Guntei, Sansikisin dan ditambah dengan semangat juang, operasi udara pertama kali dilakukan 29 juli 1947 oleh para calon penerbang Angkatan Udara yaitu kadet penerbang Sutardjo Sigit dan Suharnoko Harbani berhasil menyerang markas militer Belanda di Salatiga dan Ambarawa.

Di tanggal yang sama, Adisotjipto dan delapan rekannya mencari bantuan obat-obatan bagi Palang Merah Indonesia menggunakan pesawat angkut Dakota VT-CLA. Dalam perjalannnya menuju Lanud Maguwo, dua pesawat Belanda menembaki pesawat tersebut hingga jatuh dan terbakar. Dari sembilan penumpang, hanya A. Gani Handonocokro yang berhasil selamat, sementara delapan diantaranya gugur termasuk Adisutjipto.

Gugur dalam misinya di usia 31 tahun, kecintaan Bapak Penerbang Indonesia, Adisutjipto terhadap tanah air lebih keras dari desing pesawat-pesawat udara. Bandara Adisutjipto, yang semula merupakan sekolah penerbang yang didirikan Adisutjipto bersama Surjadi Suryadarma di Yogyakarta merupakan bentuk nyata kecintaan ia terhadap dunia penerbangan.

Peneliti: Zahra Nayla Febriani/Suaka

Sumber: Berbagai Sumber

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas