
Head of Kampoeng Djamoe Organik Martha Tilaar , Heru Datta Wardhana sedang memberikan materi dalam kuliah umum jurusan Agroteknologi di aula Fakultas Sains dan Teknologi UIN SGD Bandung, Selasa (26/01/2016). (SUAKA/Fantyana Huwaida’a)
SUAKAONLINE.COM – Head of Kampoeng Djamoe Organik Martha Tilaar , Heru Datta Wardhana menjadi pemateri dalam seminar Kuliah Umum Jurusan Agroteknologi yang diselenggarakan di aula Fakultas Sains dan Teknologi, Selasa (26/01/16). Kuliah umum yang mengusung tema “Potensi Kearifan Lokal Indonesia pada Komoditi Tanaman Rempah, Obat dan Fitofarma” ini, menjelaskan mengenai potensi tanaman holticultur di Indonesia dan potensinya sebagai obat-obatan.
Heru Datta Wardhana juga mengatakan bahwa potensi tanaman holticultur di Indonesia sangat tinggi dan sumber farmasi paling penting. “Tanaman itu merupakan sumber farmasi yang paling penting” Jelasnya Selasa (26/01/16).
Heru menjelaskan, rempah-rempah dan tanaman yang tumbuh di Indonesia, sebagian besar berpotensi sebagai tanaman obat. Seperti Temulawak sebagai obat penyakit hepatitis, Kunyit untuk mengobati sakit saat datang bulan dan Miniran untuk kekebalan atau memperkuat sistem imun. “Miniran memperkuat sistem imun, dokter sudah meresepkan ini.” Tegas Heru.
Sebagai aktivis Lingkungan Hidup, Heru juga menyarankan untuk mengonsumsi jamu, rempah-rempah, sayuran atau tanaman holticultur secara rutin. Ia mengatakan lebih baik menjadikan makanan sebagai obat. “Jadikanlah makananmu sebagai obat jangan menjadikan obat sebagai makanan” lanjut Heru.
Ketua Jurusan Agroteknologi, Ahmad Taopik mengatakan bahwa acara ini diselenggarakan untuk membuka pikiran mahasiswa, khususnya mahasiswa Jurusan Agroteknologi. Ahmad Taopik juga menjelaskan, tema seminar ini diusungkan agar mahasiswa melirik komoditi exsklusif tanaman holticultur. “Karena jika melirik komoditi exsklusif, itu potensinya akan lebih besar” Jelasnya, Selasa (26/01/16).
Selanjutnya, Ahmad Taopik berharap agar mahasiswa Agroteknologi dapat terbuka pikirannya tentang pertanian yang bukan hanya mencangkul dan menanam padi, namun peluang dalam sektor pertanian masih sangat terbuka. “Saya tidak muluk-muluk, paling tidak mahasiswa terbuka pikirannya bahwa peluang sektor pertanian masih terbuka, syukur-syukur bisa menjadi suplyer. Paling tidak terbuka dulu pikirannya” lanjut Ahmad Taopik.
Reporter : Fantyana Huwaida’a
Redaktur : Edi Prasetyo