SUAKAONLINE.COM — Hubungan antara Malaysia dan Indonesia acap kali memanas karena isu kebudayaan atau teritorial. Oleh karena itu, untuk memperbaiki komunikasi di antara kedua negara dibutuhkan peran pemuda yang dapat memupuk kekerabatan dan persaudaraan untuk kepentingan masa depan.
Sebagai upaya untuk mengenal lebih dekat budaya diantara kedua negara yang masih satu rumpun itu, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN SGD Bandung menjajaki kerjasama dengan Universitas Malaya, Malaysia. Salah satu dari empat poin yang dihasilkan dalam Memorandum of Agreement yaitu program pertukaran mahasiswa.
Sejak 2 – 21 Agustus 2015 lalu, 19 mahasiswa Fakultas Sastra dan Sains Sosial, Universitas Malaya, berkunjung ke kampus UIN SGD Bandung untuk mengikuti kegiatan outbond program. Program pertukaran ini hanya sebatas kunjungan saja. Mereka tidak sampai menempuh studi karena masih ada beberapa kendala yang dihadapi.
Beragam Kegiatan
Banyak kegiatan yang mereka lakukan selama di Bandung. Menu wajib sehari-hari yang didapatkan yaitu mengikuti seminar yang mengangkat isu seputar kawasan, kebudayaan, kesenian, dan keindonesiaan.
Mahasiswa dari negeri jiran juga mengunjungi beberapa tempat wisata di kota kembang seperti Bukit Moko, Tangkuban Perahu, Kawah Putih, Pasar Baru dan Gedung Sate. Kegiatan lainnya yaitu diskusi yang hampir dilakukan setiap malam di Mahad Ali UIN SGD Bandung, tempat singgah mereka selama di Bandung.
Mereka juga ikut memeriahkan HUT RI ke-70 dengan mengadakan berbagai perlombaan seperti balap karung, balap kerupuk, dan yang lainnya. Selain itu, mereka juga berinteraksi secara langsung dengan masyarakat sekitar kampus.
“Selama tiga minggu di sini telah dapat membentuk hubungan kekeluargaan yang akrab. Kami menemukan keluarga baru di sini,” kata Muhammad Mutalib B. Nordin sambil terisak saat memberikan sambutan penutup di Aula Utama FISIP UIN SGD Bandung, Jumat (21/8/2015) lalu.
Mahasiswa Jurusan Sejarah itu merasa terkesan dengan kehidupan masyarakat di sekitar kampus UIN SGD Bandung. Salah satu pengalaman yang tidak dapat dilupakannya yaitu saat melihat lebih dekat kebiasaan masyarakat Indonesia. Sebelumnya dia menilai bahwa masyarakat Indonesia sudah modern. “Tapi, setelah menemui mereka, perspektif saya itu salah,” kata dia.
Sementara itu, Dekan FISIP UIN SGD Bandung, Sahya Anggara berharap, melalui program ini para mahasiswanya dapat membuka pikiran dan cakrawala. “Supaya tidak seperti katak dalam tempurung,” ucapnya. Sahya mempunyai keinginan, kedepannya program ini tidak sebatas kunjungan saja, melainkan bisa menempuh program double degree.
Tari Lenggok Mia
Pada penutupan yang dihelat Jumat (21/8/2015), kedua belah pihak menampilkan kesenian khas negaranya masing-masing. Mahasiswa Malaysia menampilkan tari lenggok mia, tarian khas Universitas Malaya dan tari sumazau yang berasal dari daerah Serawak. Beberapa mahasiswa Indonesia ikut menari bersama. Terlihat tawa dan rona bahagia saat mereka menari bersama. Sedangkan mahasiswa Indonesia menampilkan tari Lisung.
Saat penutupan, kedua belah pihak membentuk organisasi Persatuan Mahasiswa Indonesia-Malaysia. Tujuannya yaitu untuk semakin merekatkan hubungan di antara kedua negara, khususnya bagi mahasiswa Universitas Malaya dan mahasiswa UIN SGD Bandung. Sebagai tindak lanjut dari kerjasama ini, rencananya 20 mahasiswa FISIP UIN SGD Bandung akan berkunjung ke Universitas Malaya pada Januari tahun depan.
Kebersamaan yang mereka jalin tidaklah selesai setelah mereka kembali ke bangku perkuliahan. Melalui program ini, semoga kedepannya mereka mampu menjadi figur yang dapat menyebarkan semangat pemahaman persaudaraan dan kebersamaan diantara kedua negara.
Reporter : Muhamad Faisal Al’ansori
Redaktur : Robby Darmawan