Surat Pembaca

Surat Pembaca: Arus Pemahaman Dalam Euforia PBAK, Mahasiswa Harus Cerdas

 

(Foto: Nadia Ayu Iskandar/Suaka).

Pengenalan Budaya Akademik Kemahasiswaan atau biasa disingkat PBAK merupakan gerbang permulaan kenaikan tingkat gelar siswa menjadi mahasiswa. Hampir di seluruh kampus di Indonesia pada Bulan Agustus melaksanakan pekan PBAK, tak tertinggal dengan UIN Bandung.

Pada tanggal 28 – 30 Agustus 2023 merupakan hari dimana seluruh mahasiswa baru berkumpul di hari dan tempat yang sama dengan berbagai pemikiran yang plural, perasaan dan kebutuhan yang beragam. PBAK ini bersifat wajib bagi seluruh mahasiswa baru yang terdaftar. Terdapat sekitar 7.450 mahasiswa baru yang terdaftar dan mengikuti rangkaian PBAK.

Pelaksanaan PBAK ini tidak lain untuk mengenalkan culture mahasiswa dengan segala habit-nya terutama di kampus UIN Bandung. Tema yang diangkat pada PBAK ini adalah “Membangun Sifat Inklusif, Toleran dan Moderat, Menuju Indonesia Emas 2045”, tema tersebut mengusung tema yang ditetapkan oleh Kemenag dengan dasar moderasi beragama.

Sifat inklusif secara umum dapat diartikan sebagai keterbukaan dalam menerima keberagaman. Namun, keberagaman yang dimaksud bertujuan untuk menjadikan sesuatu itu moderat tau hanya jalan tengah semata. Adapun kata toleran dan moderat yang disandingkan secara bersamaan, menjadikan tema PBAK terdengar megah.

Padahal, jika ditelisik lebih mendalam terkait tema tersebut kepada mahasiswa baru, jawaban yang mereka mengerti hanyalah sikap toleran. Sedangkan, moderat merupakan pertengahan atau tidak ke ekstrim ke kanan maupun ke kiri. Namun, sifat makna tersebut tidak relevan dengan identitas Islam dalam kampus UIN itu sendiri. Islam merupakan agama yang pasti, atau tidak mengenal “abu-abu”, jika hitam ya tetap hitam atau salah (bathil), begitupun jika putih tetap putih atau benar (haq).

Pemahaman tersebut perlu dicermati oleh para mahasiswa baik yang lama ataupun baru. Kita tidak boleh hanya mengikuti instruksi tanpa tahu-menahu asal-usul suatu perbuatan atau sikap yang dilakukan. Wajar apabila kampus saat ini menggagas sikap moderat, karena lahir dari sistem sekulerisme yang menjauhkan agama dalam kehidupan.

Mahasiswa baru mengenal kehidupan kampus menjadi “gelas kosong” yang dituangkan beragam sikap moderat. Hal ini, menjadi modal utama bagi kampus untuk menggelorakan moderasi beragama, namun tanpa kesadaran mahasiswa baru yang memahami makna moderat. Perlu adanya kesadaran dalam memahami makna dari suatu istilah-istilah yang ada di sekitar kita.

Tujuannya, agar paham dengan sikap yang disetujui dan tidak terjadi krisis pemahaman istilah yang disikapi. Apabila arus istilah yang ada di tengah-tengah mahasiswa baru tidak dipahami seutuhnya, maka akan timbul suatu pemikiran dan sikap yang tidak sesuai dengan makna istilah sepenuhnya.

Di usia produktif mahasiswa yang segala bentuk pemahaman ditelan, pemikiran diselami dan perbuatan dilakukan, karena tuntutan “budaya akademik kampus” khususnya di UIN yang sulit untuk tidak dituruti. Istilah tersebut lahir langsung dari pemangku kampus yang bersifat kebijakan yang dikukuhkan. Sehingga, mau tidak mau mahasiswa turut serta dalam menyetujui pemahaman yang lahir dari pemangku kebijakan kampus.

Generasi produktif saat ini harus lebih melek dan mencari tahu secara penuh berbagai sikap yang ditaati. Apabila, mahasiswa tidak paham dengan sikap yang dilakukan,maka akan terjadi ketimpangan istilah dan sikap. Islam sudah mengajarkan kehati-hatian (Wara’) dalam menyikapi berbagai hal. Sikap inilah yang perlu ditanamkan secara lebih ditengah system saat ini yang lebih memilih “abu-abu” ketimbang sesuatu yang sudah pasti atau haq.

Pemikiran mahasiswa yang kritis harus dapat mengarahkan pemikiran pada sikap yang haq, bukan yang moderat. Inilah menjadi acuan dalam menjalankan segala hal dalam kehidupan khususnya kehidupan kampus UIN dengan identitas Islam di dalamnya. Kampus UIN seharusnya dapat menumbuhkan generasi Islam emas dengan kepastian dan sungguh-sungguh, melalui jalan yang benar dan aturan yang sesuai dengan Islam. Mahasiswa baik adalah mahasiswa yang berani menyuarakan kebenaran dengan pasti, memahami sikap yang harus ditaati. Dengan demikian, akan tumbuh generasi emas yang sesungguhnya.

Zulfi Nindyatami

Pendidikan Fisika/Angkatan 2019

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN SGD Bandung

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas