Di pertengahan Maret, Indonesia dihadapi dengan wabah virus corona yang mulai menyebar di berbagai wilayah Indonesia. Hal ini mengakibatkan banyak sektor mengalami kesulitan dalam menghadapi wabah virus asal China ini. Dimulai pertumbuhan ekonomi yang semakin surut, serta berbagai kegiatan-kegiatan yang harus dibatasi. Imbasnya, sektor pendidikan pun mengalami perubahan menjadi sistem pembelajaran secara online atau sering disebut dengan daring (dalam jaringan).
Kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini pun mesti dilakukan agar proses pendidikan tetap berlangsung. Mahasiswa maupun dosen mulai beradaptasi dengan menggunakan berbagai aplikasi yang ada untuk mendukung proses penyampaian materi. Namun, dari aplikasi yang digunakan selama proses pembelajaran tersebut, mahasiswa mengeluhkan semakin melonjaknya jumlah pengeluaran kuota dalam tiap bulan. Penyampaian materi dibuat sedemikian rupa, lalu ditonton melalui channel YouTube ataupun aplikasi conference lainnya. Meskipun kadang sebagian mahasiswa tidak dapat mengikuti karena permasalahan sinyal ataupun kondisi kuota yang tidak memadai.
Di sisi lain, UIN Bandung meluncurkan website resmi yang dinamai dengan E-Knows. Sebuah website untuk menunjang proses pembelajaran mahasiswa dengan dosen, baik itu dalam hal penyampaian materi, absensi, diskusi, kuis, dan hal lainnya. Namun, di semester genap, website E-Knows baru digunakan oleh beberapa dosen sebagai media pengajaran. Iya, tentunya mahasiswa ataupun dosen sudah lebih terbiasa menggunakan aplikasi lainnya, seperti WhatsApp Group, Google Classroom, Google Meet, Zoom dan aplikasi lainnya. Sehingga, pemakaian aplikasi-aplikasi ini pun berlanjut hingga penghujung semester.
Namun, di tahun ajaran kali ini UIN Bandung mewajibkan kepada seluruh civitas akademika untuk menggunakan website E-Knows sebagai media pengajaran yang utama. Tetapi, di minggu pertama perkuliahan mahasiswa mulai mengeluhkan sulitnya mengakses website E-Knows karena server yang down ataupun mahasiswa lainnya yang mengalami lupa password tetapi balasan e-mail yang tak kunjung masuk sebagai langkah selanjutnya untuk mengakses website E-Knows. Karena hal ini, akhirnya sebagian mahasiswa tidak dapat melakukan pengisian absen karena kerap kali server yang down. Selain itu, menu bar, toolbar/interface dirasa cukup rumit untuk website yang baru saja digunakan.
Saya harap agar birokrasi kampus untuk segera membenahi sistem kelola website E-Knows sebagai pelayanan alternatif KBM di kala pandemi. Keberlangsungan penggunaan E-Knows ini pun tidak dapat dipungkiri, karena pada jam-jam tertentu sebagian mahasiswa dari sembilan fakultas harus mengakses secara bersamaan. Tentunya, kendala server down inilah yang perlu ditingkatkan demi kenyamanan pembelajaran yang efektif bagi mahasiswa maupun dosen. Bahkan, interface yang terkesan rumit ini kiranya perlu dibenahi agar mahasiswa maupun dosen dapat dengan mudah menggunakan E-Knows.
Annisa Puspa Pramudya
Komunikasi Penyiaran Islam/V
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN SGD Bandung