Epaper

Tabloid Suaka News Edisi VI 2004

Tabloid Suaka News Edisi VI 2004

Editorial

Kekerasan

suaka-news-edisi-6-1-2004Kata ini adalah kata yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia sepanjang zaman. Sebab kata ini, nampaknya menjadi jargon yang lumayan meresahkan. Karenanya tak heran jika kata ini menjadi obrolan hangat setiap orang di tiap sudut meja. Tak hanya itu, persoalan ini pun menjadi bahan diskusi anggota parlemen di Senayan, bahkan presiden Megawati sekalipun tutur berkomentar.

Kekerasan merupakan bentuk aktivitas yang tak hanya mengancam dari sisi fisik saja. Tentunya bukan ‘tak ada udang dibalik batu’ atau bukan berarti ‘tak ada asap bila tak ada api’ oleh karena itu bentuk aktivitas ini yang telah melanda negeri, cukup bikin pening kepala, dengannya kita mengenal istilah kata terorisme. Tentunya perbuatan semacam ini tak bisa di tolerir walaupun untuk kepentingan agama. Lalu apa sejauh ini mereka berbuat?

Masyarakat atau siapapun bahkan mahasiswa tentunya harus berfikir jernih dalam menghadapi setiap persoalan, sebab bila tak demikian kekerasan adalah potensi yang tak bisa dicegah. Karenanya kekerasan dalam bentuk apapun adalah perkara yang tak mesti ada. Tak ada bukan berarti harus lenyap di muka bumi, pasalnya kekerasan hanyalah bentuk aktivitas yang lahir karena keegoan dan keangkuhan diri, kelompok bahkan agama sekalipun yang dapat merugikan orang lain atau dirinya sendiri.

Memiliki sifat keras adalah bukan berarti tak boleh, namun bukan untuk kepentingan individu atau kelompok semata, sebab sifat ini tak berarti selamanya jelek. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata ini mengandung arti diantaranya gigih, kokoh, kua, kencang dan tidak pernah lembut. Namun yang jadi persoalan adalah jika untuk mengorbankan, dan menghancurkan kepentingan-kepentingan publik. Dengan demikian yang dominan muncul justru kepentingan politik. Sehingga agamapun menjadi santapan untuk dipolisitir.

Namun justru persoalan ini malah muncul setiap saat dan tak mengenal tempat bahkan di tempat yang terhormat pun bisa terjadi. Belakangan ini kekerasan malah hadir mengatasnamakan agama. Kita tahu bahwa agama hadir tiada lain membawa pada keharmonisan dan juga keselarasan. Apa sebenarnya yang tengah terjadi? Kalau memang demikian siapa yang patut dipersalahkan?

Cara orang memahami agama tentunya berfariativ maka tak aneh jika kelompok-kelompok itu hadir di tengah-tengah kehidupan kita. walaupun demikian kelompok itu tak selamanya dengan yang namanya kekerasan. Sebab hal ini adalah perbuatan yang tak memakai akal sehat justru malah konyol dan merugikan serta merusak. Oleh karena itu yang menjadi korban hanyalah orang-orang tak berdosa dan buta kepentingan. Benarkah?

Kali ini kami mencoba membidik persoalan tersebut dari perspektif agama. Sejauh mana mereka memandang perkara ini? Setidaknya kita memahami kondisi yang tengah terjadi. Selain itupun pembaca dapat menyimak persoalan yang lumayan hangat dibicarakan di kampus berlabel Islam ini yaitu menikah sembari kuliah istilah lain dari perkawinan dini, pasalnya mereka masih berusia muda. Selamat membaca. [Redaksi]

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas