Tabloid Suaka News Edisi XI 2004
Editorial
Aspirasi
Seorang editor majalah The Nation, David Corn, sangat senang ketika menyampaikan suatu harapan atau letupannya lewat tulisan yang ditunjukan untuk publik ataupun pemerintahnya. Bagi David Corn, sekecil apapun letupan hati harus disampaikan bagaimanapun caranya. Itu tak jadi soal. Pada 2000 silam ia pernah menyampaikan sebuah kritikan yang ditunjukkan pada Presiden Amerika Serikat, George W. Bush tanpa tanda seru, malah ia mengkritiknya dengan menggunakan kata-kata Bush sendiri. Berani bukan?
Lain halnya dengan cerita seorang kiai kondang dari Gegerkalong-Bandung, Abdullah Gymnastiar. Ia dikenal sebagai seorang kiai yang beretika dalam memberikan aspirai ataupun menunjukkan sikap protesnya. Contohnya, ketika menyampaikan kritik kepada Pemerintah Amerika. Ia cukup dengan tidak menghadiri undangan Bush ketika berkunjung ke Bali padahal tujuan Bush tak lain ingin bertemu dengan pra tokoh agamawan di Indonesia termasuk Aa Gym. Meski begitu, Bush tentu punya maksud lain.
Sekelumit cerita tentang cara beraspirasi itu tidak begitu krusial. Sebab, yang terpenting adalah substansi aspirasi itu sendiri. Orang boleh kreatif dalam hal ini. Misal dengan selembar kertas, mengerahkan masa dan berorasi. Atau melalui perwakilan dan banyak cara yang lain. Namun yang paling efektif adalah dengan memanfaatkan kiprah media massa, cetak ataupun elektronik.
Bila kita telaah, aspirasi memang merupakan sebuah kata yang mudah untuk diingat dan diucapkan. Aspirasi tak lain sebuah keinginan yang muncul, baik kolektif maupun individu. Untuk itu, bila aspirasi tentang apa pun tak digubris, bisa anarkis. Ini tentu bukan perkara yang di anggap enteng. Sebab hal ini jelas berkaitan dengan kepercayaan. Bila kepercayaan pudar, lantas apa yang terjadi?
Setiap orang tentu punya harapan akan masa datang. Soalnya, aspirasi yang terjadi dalam sebuah pemerintahan ataupun sebuah negara tak mudah untuk berjalan sesuai dengan siklus yang kita bayangkan, kadang tersendat di tengah jalan. Ketika kita berbicara aspirasi, tak jauh seperti halnya sebuah ekosistem, ada tindakan, ada akibat, dan dampak yang diperankan oleh si pemeran (biotik).
Begitupun dalam sebuah sistem pemerintahan keluarga besar IAIN (KBMI). Di dalamnya terdapat suatu badan penampung aspirasi dan penyampai aspirasi. Namun, seperti apa perjalanan siklus KBMI? Suaka News mengupas tentang soal harapan mahasiswa, yang diperankan oleh BEM selaku badan sentral KBMI ini. Selain itu pula, kami mengupas bentuk realisasi yang dijalankan Badan sentral ini. Lantas, seberapa jauh badan ini dapat berjalan?
Dalam edisi kali ini, kami juga mengupas soal Dana Penunjang Kegiatan Akademik (DPKA). Dari muncul kebijakan sampai pengalokasiannya, mau tahu semuanya? Buka rubrik laporan utama yang kami sajikan. Seperti edisi-edisi sebelumnya, kami pun berusaha untuk menampilkan kegiatan-kegiatan kampus.nah, kali ini kami menampilkan laporan soal kegiatan Teropong Kanvas yang digelar UKM LSLK dan Dies Natalis IAIN yang ke-36, selamat membaca!. [Redaksi]