Lintas Kampus

WJF 2024, Tantangan dan Peluang Teknologi bagi Media Pers di Era Digital

Jurnalis Bandung Bergerak, Deni Yudiawan menyampaikan materi bertemakan “Innovation Unleashed: Masa depan jurnalisme interaktif” pada seminar penutup Widyatama Journalism Festival (WJF) 2024 di Universitas Widyatama kota Bandung, Sabtu (8/6/2024). (Foto: Fitria Nuraini/Suaka)

SUAKAONLINE.COM – Pers Kampus Mahasiswa Sentra Utama Universitas Widyatama menggelar Widyatama Journalism Festival (WJF) 2024 di Ruang Seminar A401, Universitas Widyatama, Sabtu (8/6/2024). Seminar ini menjadi acara puncak dari rangkaian perlombaan yang terdiri dari lomba fotografi, video kreatif, dan artikel opini yang telah terselenggara terhitung sejak Maret 2024.

Mengusung tema “Innovation Unleashed: Masa Depan Jurnalisme Interaktif”, WJF 2024 menghadirkan jurnalis Bandung Bergerak, Deni Yudiawan yang telah berkecimpung di dunia jurnalistik kurang lebih sekitar 17 tahun lamanya. Dalam pemaparannya, Deni mengungkapkan jurnalistik di era kontekstual berbanding terbalik dengan era digital saat ini. Dimana menurut survey yang telah dilakukannya, 50% generasi Z menjadikan tiktok sebagai ladang berita.

Lebih lanjut Deni menjelaskan kemudahan teknologi dalam membuat sebuah akun berita inilah yang menjadi salah satu faktor maraknya “jurnalis warga”. Nyawa jurnalis terletak pada verifikasi fakta dan pemberitaan yang memenuhi 5W+1H. “Makanya kalau bagi saya, ini disebutnya bukan citizen journalism, kalau saya nganggapnya citizen reporting. Jadi kalau yang namanya journalism itu 5W+1H harus lengkap, tapi kalau cuman sepotong ya report aja,” ujarnya Sabtu (8/6/2024).

Selain maraknya “trend” semua orang bisa menjadi jurnalis. Digitalisasi ini juga berdampak pada keberlangsungan perusahaan pers, kini pemasukan iklan sebuah media pers maksimal berada di angka 15% disebabkan oleh berbagai ketentuan yang telah ditetapkan oleh Google, Meta, dan lainnya. Penurunan ini juga dipengaruhi faktor penggunaan AI yang secara tidak langsung berdampak terhadap produktivitas jurnalis sekaligus traffic sebuah media pers.

Namun menurut Deni, kemajuan teknologi ini, khususnya di bidang AI bukan untuk dihindari. Melainkan untuk dikuasai dan dioptimalisasi. “Misalkan bisa untuk ada demo gede-gedean di Gedung Sate, terus ada media yang klaim: “Ada 2 juta orang berkumpul di Gasibu”, dengan open source kita bisa ngecek faktanya bener gak di Gasibu, di lapangan luas itu bisa masuk 2 Juta orang?” ungkapnya.

Keresahan akan maraknya penggunaan AI ini juga menjadi landasan Ketua Pelaksana WJF 2024, Adi Kusayadi mengangkat tema tersebut. “Saya emang awalnya kurang interest terhadap AI gitu. Kenapa enggak kita research sendiri aja? Nah, dengan keresahan awal yang saya miliki. Nah, saya mulai research dan di mana saya menemukan satu poinnya yang mungkin itu bisa menjadi, wah, iya juga ternyata AI itu sangat membantu,” ucapnya.

Adi berharap dengan mengangkat seminar bertemakan masa depan jurnalisme interaktif ini, sebagai jurnalis dalam lingkup Pers Mahasiswa dapat lebih bijak lagi menggunakan teknologi serta menyebarkan informasi. Sekaligus menjadi ajakan bagi para jurnalis atau audiens untuk bisa memfilter informasi pada saat tengah melakukan research. Menilik di era digital ini, pemberitaan palsu atau hoaks dapat dengan mudah menyebar begitu cepat.  

Sejalan dengan Adi, Manfaat seminar ini juga dirasakan oleh pemenang lomba fotografi dalam rangkaian kegiatan WJF 2024, Yunia Agustin memandang penting terkait dengan perkembangan teknologi itu sendiri. Ia berharap untuk kedepannya festival jurnalistik tahunan ini dapat memperluas promosinya dan lebih mendapatkan ruang atensi.

 

Reporter: Elsa Adila Rahma & Fitria Nuraini/Suaka

Redaktur: Zidny Ilma/Suaka

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas