Mahasiswa Ilmu Hukum di UIN Sunan Gunung Djati Bandung seharusnya menjadi garda terdepan dalam menegakkan dan menjaga nilai-nilai demokrasi. Namun, dengan terpilihnya Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) yang melawan kotak kosong, kita justru dihadapkan pada realitas yang menyedihkan: demokrasi di lingkungan HMJ telah diperkosa. Ini bukan hanya sebuah ironi, tetapi sebuah cerminan kegagalan yang memalukan dalam menghidupkan semangat demokrasi di kampus kita.
Ketika Demokrasi Hanya Menjadi Formalitas
Proses pemilihan ketua HMJ yang seharusnya menjadi ajang pembelajaran demokrasi bagi mahasiswa, telah berubah menjadi sebuah formalitas tanpa esensi. Dalam pemilihan September 2023 lalu, calon ketua HMJ melenggang tanpa perlawanan, hanya berhadapan dengan kotak kosong. Ini adalah sebuah tamparan keras bagi mahasiswa ilmu hukum yang seharusnya memahami betul pentingnya keberagaman pilihan dan kompetisi sehat dalam sebuah demokrasi.
Demokrasi sejati tidak hanya tentang memenangkan kursi, tetapi tentang proses yang melibatkan seluruh elemen masyarakat kampus. Ketika tidak ada lawan yang layak, ketika mahasiswa merasa apatis atau bahkan takut untuk maju, demokrasi menjadi mati. Pemilihan melawan kotak kosong bukanlah kemenangan, melainkan kekalahan bagi kita semua. Itu adalah tanda runtuhnya kepercayaan terhadap proses demokrasi yang adil dan transparan.
Apatisme dan Ketakutan: Musuh Demokrasi
Ada banyak faktor yang mungkin menyebabkan situasi ini terjadi. Apatisme, ketakutan, dan mungkin juga tekanan dari pihak-pihak tertentu bisa menjadi alasan mengapa tidak ada kandidat lain yang berani maju. Namun, apa pun alasannya, hasilnya adalah sama: demokrasi di HMJ telah dirampas.
Apatisme mahasiswa dalam berpartisipasi dalam politik kampus adalah masalah yang harus kita hadapi bersama. Ketika mahasiswa lebih memilih untuk diam daripada berjuang untuk perubahan, maka kita telah gagal dalam membangun sebuah lingkungan yang mendukung partisipasi aktif dan kritis. Selain itu, jika ada ketakutan untuk maju karena adanya tekanan atau ancaman, maka ini adalah tanda bahwa iklim demokrasi kita sedang dalam bahaya.
Tanggung Jawab Mahasiswa Ilmu Hukum
Sebagai mahasiswa ilmu hukum, kita memiliki tanggung jawab yang lebih besar daripada mahasiswa di jurusan lain. Kita bukan hanya dituntut untuk memahami hukum, tetapi juga untuk menjadi teladan dalam penegakan hukum dan demokrasi. Jika kita gagal dalam hal ini, bagaimana kita bisa berharap untuk menjadi pengacara, hakim, atau aktivis yang mampu memperjuangkan keadilan di masyarakat?
Kepemimpinan HMJ seharusnya menjadi contoh bagi jurusan lain dalam penegakan demokrasi. HMJ harus mampu menunjukkan bahwa demokrasi di tingkat mahasiswa bukan hanya sebuah slogan kosong, tetapi sebuah prinsip yang dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Ketika kita membiarkan kotak kosong menjadi lawan, kita sama saja membiarkan demokrasi kita diperkosa.
Refleksi dan Tindakan Nyata
Kita harus bertanya pada diri kita sendiri: apa yang salah? Mengapa mahasiswa begitu apatis? Mengapa tidak ada yang berani maju sebagai calon? Ini adalah refleksi yang harus kita lakukan secara kolektif. Kita harus mencari tahu akar permasalahan ini dan berani mengambil tindakan nyata untuk mengubahnya.
Pertama, HMJ harus berkomitmen untuk memperkuat partisipasi mahasiswa dalam setiap proses demokrasi. Ini bisa dimulai dengan mengadakan diskusi, seminar, dan forum yang mendorong keterlibatan mahasiswa. Kita juga harus memastikan bahwa setiap mahasiswa merasa aman dan didukung untuk maju sebagai calon dalam pemilihan apa pun.
Kedua, kita harus memerangi apatisme dengan mengedukasi mahasiswa tentang pentingnya partisipasi dalam politik kampus. Ini bukan hanya tentang memilih ketua HMJ, tetapi juga tentang membangun kesadaran bahwa setiap suara dan pilihan kita berdampak pada masa depan kampus dan masyarakat kita.
Ketiga, kita harus menciptakan iklim yang mendukung keberanian dan kejujuran. Jika ada tekanan atau ancaman yang membuat mahasiswa takut untuk maju, kita harus berani menghadapinya dan memastikan bahwa proses demokrasi berjalan dengan adil dan transparan.
Mengembalikan Marwah Demokrasi
Mengembalikan marwah demokrasi di lingkungan HMJ bukanlah tugas yang mudah, tetapi ini adalah tugas yang harus kita emban dengan penuh tanggung jawab. Sebagai mahasiswa ilmu hukum, kita harus memimpin dengan memberikan contoh yang baik. Kita harus memastikan bahwa setiap proses demokrasi berjalan dengan adil, transparan, dan melibatkan semua elemen mahasiswa.
HMJ yang melawan kotak kosong adalah sebuah peringatan bagi kita semua. Ini adalah tanda bahwa kita harus berbuat lebih banyak untuk menjaga demokrasi di kampus kita. Jangan biarkan demokrasi kita dirampas atau diperkosa. Sebaliknya, mari kita perkuat demokrasi dengan memastikan bahwa setiap mahasiswa memiliki suara dan pilihan dalam setiap proses pemilihan.
Sebagai penutup, mari kita bersama-sama berkomitmen untuk menghidupkan kembali semangat demokrasi di lingkungan HMJ dan memastikan bahwa kita benar-benar menjadi contoh bagi jurusan lain. Hanya dengan begitu kita bisa menjaga marwah dan kehormatan sebagai mahasiswa ilmu hukum di UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Disclaimer: Surat Pembaca merupakan rubrik yang mewadahi kontributor untuk menyampaikan keresahan pribadinya. Kontributor bukan merupakan anggota LPM Suaka. Redaksi LPM Suaka tidak berhak mengedit maupun memangkas isi konten Surat Pembaca. Isi konten maupun judul dalam Surat Pembaca sama sekali tidak mewakili pandangan redaksi.
F.I.Margolang
Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum
UIN SGD Bandung