
Para Masyarakat Penghayat Budi Daya Melakukan Kegiatan Kirab dalam Rangkaian Perayaan Pangeling-ngeling Mei Kartawinata ke-97 di Pasewakan Waruga Jati, Desa Wangunharja, Kec. Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Senin (16/7/2024). (Foto: Zidny Ilma/Suaka)
Suakaonline.com – Masyarakat Penghayat Kepercayaan Budi Daya bersama masyarakat mengadakan kegiatan Pangeling-ngeling Pamendak Mei Kartawinata ke-97 di Pasewakan Waruga Jati, Desa Wangunharja, Kec. Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Senin (16/7/2024). Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin tahunan yang dilaksanakan sebagai perayaan turunnya wahyu atau wangsit kepada Mei Kartawinata.
Pertunjukan perempuan yang menumbuk lesung dan alu sebagai pembukaan kegiatan, dilakukan sebagai pelestarian budaya dari zaman dahulu yang secara simbolis memberitahukan kepada masyarakat bahwa sedang ada hajat di suatu tempat. Kegiatan dilanjutkan dengan sambutan dan penampilan kebudayaan dari berbagai kalangan penghayat, mulai dari anak-anak, bapak-bapak serta ibu-ibu.
Perayaan tahun ini bertajuk “Laksanakan Pancasila untuk Kejayaan Indonesia Raya”. Tajuk ini tidak serta merta dilayangkan, namun mengandung makna filosofis yang dalam dan berkaitan dengan peringatan ini. Menurut Pengurus Organisasi Penghayat Budi Daya, Aep Supriyatna mengatakan ajaran Mei Kartawinata sesuai dengan nilai yang tertuang dalam butir Pancasila.
“Selain karena Pancasila merupakan buah dari budaya Indonesia, Pancasila itu tidak lepas dari ajaran yang dibawakan oleh Mei Kartawinata. Seperti ketuhanan, kemanusiaan, tentang sosial pun diajarkan. Itulah hal-hal yang diajarkan Mei Kartawinata, “ ujar Aep, Minggu (16/9/2024)
Lebih lanjut mengenai perayaan Pangeling-eling, Aep menjelaskan kegiatan ini bertujuan untuk lebih mendalami perannya sebagai penghayat Budi Daya dengan mengingat perjuangan Mei Kartawinata. Hal ini juga tergambar dalam salah satu kegiatan yang ada dalam rangkaian perayaan Pangeling-ngeling ke-97 ini, yakni penampilan wayang golek yang ditampilkan pada hari Selasa (17/9/2024) dini hari.
“Penampilan wayang golek pada perayaan tahun ini lakonnya kalo gak salah Ritma Denda, nah artinya itu kan manusia belum tau tentang Tuhan. Jadi dalam lakon wayang Ritma Denda itu menceritakan seorang kesatria yang menanyakan tentang Tuhan, ya alur ceritanya seperti itu. jadi dalam Ritma Denda tuh menanyakan di mana keberadaan Tuhan-nya, gitu, “ pungkasnya.
Setali dengan Aep, tokoh Penghayat Budi Daya, Kusnawan turut menyampaikan pesan melalui sambutannya untuk menerapkan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila sebagai nilai acuan kehidupan sehari-hari bagi masyarakat Indonesia. Baginya, dengan menjalankan kehidupan sesuai dengan Pancasila, akan tercipta kehidupan yang damai dan minim diskriminasi.
“Banyak stigma negatif yang melekat pada penghayat, stigma tersebut ada sejak zaman penjajahan, hal tersebut membuat kita semua tidak cinta tanah air, tidak bangga dengan leluhurnya ya, jadi jangan sampai kita mudah terprovokasi hal-hal itu. Mei Kartawinata selain peringatan wangsitnya kita perlu juga mengingat Mei Kartawinata yang ikut andil dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, “ tutupnya.
Reporter: Zidny Ilma/Suaka
Redaktur: Kinanthi Zahra/Suaka