Infografik

Jurnal Predator: Jalan Pintas Publikasi bagi Oknum Akademisi

SUAKAONLINE.COM, Infografis – Akademisi merupakan golongan yang erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan kredibilitas tinggi. Sebagai bagian dari akademisi, dosen dan mahasiswa memiliki tanggungan moral yang senantiasa perlu dijunjung. Namun ironis, kredibilitas akademisi di Indonesia saat ini tercoreng oleh sebuah penyakit kronis, yaitu maraknya penggunaan jurnal predator. 

Mengutip dari Tempo, dugaan penggunaan jurnal predator mulanya  datang dari dosen muda di Universitas Nasional yang mencantumkan nama seorang dosen dari Universitas Malaysia Terengganu (UMT) tanpa sepengetahuan dosen asal malaysia tersebut. Pencatutan nama tanpa seizin pihak yang bersangkutan tersebut disinyalir bertujuan untuk meningkatkan kuantitas publikasi jurnal.

Dilansir dari The Conversation, tarif yang digunakan oleh salah satu penerbit jurnal predator berkisar US$60 atau seharga Rp921.942 per halaman yang dicetak. Beberapa penerbit juga ada yang mengobral dengan harga yang lebih tinggi hingga Rp3.841.425.

Menurut Vit Machecek & Martin Srcholec, penggunaan jurnal predator disebabkan oleh empat hal, pertama ancaman identitas sosial. Kedua karena kurang nya kesadaran. Ketiga tekanan yang tinggi untuk mempublikasikan jurnal. Keempat kurangnya kemampuan penelitian. Di negeri ini penelitian telah menjadi tuntutan kerja bagi dosen di perguruan tinggi. 

Sebagaimana yang tertuang dalam SK Dirjen Pendidikan Tinggi Kemdikbud Nomor 12/E/Kpt/2021 pada Bab II disebutkan bahwa beban kerja dosen tidak hanya terpaut pada penyampaian pengajaran, tetapi dosen memiliki beban kerja lain sebagai seorang peneliti.  

Masih dalam regulasi yang sama, tertulis bahwa bagi dosen dengan jabatan lektor kepala dan profesor memiliki beban untuk membuat tiga tulisan karya ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal nasional atau satu tulisan yang terbit di jurnal internasional. Karena adanya tekanan tersebut membukakan gerbang bagi para oknum untuk menghalalkan berbagai cara sehingga tugasnya dapat diselesaikan dengan cara yang “instan”.

Maraknya jurnal predator di kalangan akademisi memiliki dampak yang cukup besar. Salah satunya ialah lemahnya kepercayaan masyarakat kepada validitas penelitian yang dilakukan oleh para akademisi. Hal tersebut menjadi keprihatinan karena dapat mencederai dunia pendidikan dengan cara mematikan nalar kritis dan kreatifitas akademisi.

Peneliti:  Faiz Al-Haq/Suaka 

Redaktur: Ighna Karimah Nurnajah

Sumber: Berbagai sumber

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas