SUAKAONLINE.COM, Bandung, — Satu tahun tak diperdengarkan, lagu Melawan Lupa karya Brahm Bhimaseno kembali diperdengarkan pada Aksi Kamisan Bandung ke- 147, Kamis (30/6/2016) di depan gerbang Gedung Sate, Bandung. Dalam kesempatan itu Brahm sendiri yang menyanyikan langsung dan seraya diikuti oleh peserta aksi lainnya.
“Kebetulan juga saya kenal sama mas Wanggi, jadi dari tahun 2015 an pertama kali diperdengarkan lagu ini, dan sekarang saya berkesempatan menyanyikan lagi lagu ini,” ujar Brahm, Kamis (30/6/2016).
Pelopor Aksi Kamisan Bandung Wanggi Hoed mengamininya. Wanggi mengatakan setelah kali pertama diperdengarkan, bukan ia tidak ingin memperdengarkannya kembali. Tapi karena ia merasa lagu ini tak akan sesyahdu bila dinyanyikan oleh selain penciptanya. “Seperti Marjinal dengan lagunya,” ujarnya.
Lirik lagu Melawan Lupa berisi visi yang sama dengan Aksi Kamisan Bandung atau pun Aksi Kamisan. Beberapa lirik lirih cukup mengingatkan kita betapa menderitanya korban kemanusiaan yang hak asasinya dirampas. Brahm mengatakan setiap liriknya terinspirasi dari beberapa tokoh semangar pembebasan sebagai manusia seperti, Wiji Tukul, Munir, dan Marsinah.
Judul Melawan Lupa Brahm pilih dengan alasan dua kata ini sangat populis di kalangan masyarakat sehingga akan mudah diingat. “Saya sih sederhana aja, kita ingin esensi lagu ini familiar dan pesannya tersampaikan,” ujarnya.
Melalui lagu ini semoga dapat memberikan semangat bagi mereka yang masih mengingat dan menolak lupa terhadap penindasan HAM. “Filosofinya memberi semangat. Pada lirik, Kami Tetap Ada, Kami Bahkan Berlipat Ganda, itu menunjukkan kita sebagai manusia memiliki kebebasan apa pun bidangnya,” tegas Brahm.
Ketika ditanya bila lagu Melawan Lupa ini menjadi semacam lagu hymne untuk Aksi Kamisan Bandung, Brahm memperbolehkan lagu dipakai jika Wanggi Hoed menyetujuinya. “Itu sebuah kehormatan, ya silahkan,” katanya.
Wanggi mengatakan mungkin saja lagu ini dijadikan semacam hymne Kamisan, namun mengingat ada juga lagu lain yang serupa, hingga Wanggi menyerahkannya pada forum. “Bisa aja, cuma yang menyetujui bukan saya tapi temen-temen Kamisan yang lain,” ujarnya.
Brahm mengaku proses pembuatan lagu ini pun tak lama. Cepat bukan berarti asal-asalan, Brahm merasakan kegetiran yang sama dalam memperjuangkan HAM. “Semangat dari tokoh-tokoh itu mungkin sudah mendarah daging ya,” ujar Brahm sambil melepas tawanya.
Reporter: Ridwan Alawi
Redaktur: Edi Prasetyo