Lintas Kampus

Bandung Art Festival ke-7, Wadah Seniman Bandung

Penari membawakan tari Pasanggiri Jaipong dalam acara Bandung Art Festival di Taman Budaya, Dago, Kota Bandung, Kamis (4/11/2021). (Foto: Fuad Mutashim)

SUAKAONLINE.COM – Bongkengart mengadakan Bandung Art Festival (BAF) ke-7 di Taman Budaya, Dago, Kota Bandung sejak 28 Oktober 2021 hingga 10 November mendatang. BAF ke-7 ini akan berlangsung selama 14 hari, dengan tujuh hari penampilan-penampilan dari jawa Barat maupun 25 negara lainnya dan tujuh hari perlombaan Pasanggiri Jaipong, dengan kategori tingkat SD, SMP, dan SMA.

BAF ke-7 ini mengusung tema Jejak Transformasi, yang dimaksud sebagai refleksi semangat dan acara-acara yang pernah dibuat sebelum pagebluk membuat semuanya harus dilakukan secara daring. Pagelaran yang rutin dilaksanakan oleh Bongkengart ini memiliki tujuan menjadi wadah bagi seniman-seniman yang ada di kota Bandung.

Pagelaran ke-7 ini berlangsung secara langsung di Taman Budaya Dago dan dapat ditonton secara daring. Beberapa penampil secara daring mayoritas berasal dari luar negeri. “Terus di sini ada juga yang live streamingnya itu benar-benar di negara mereka langsung. Mereka tampil secara langsung dari negara mereka. Ada juga yang kita kumpulkan video mereka dan kita tayangkan secara live streaming,” ungkap Manajer Acara, Supriyadi saat ditemui di Dago Tea House, Rabu (3/11/2021).

Supriyadi menyampaikan, rencana awal dari BAF ke-7 ini dilaksanakan dengan tujuh hari penampilan dan tujuh hari pameran. Namun, karena lokasi yang hendak digunakan bentrok, maka tujuh hari tersebut dialihkan ke lomba tari Pasanggiri Jaipong, dengan kategori SD, SMP, dan SMA.

“Cuma karena bentrok dan tidak bisa digunakan lokasinya, akhirnya kita switch ke perlombaan. Alhamdulillah justru perlombaan lebih banyak peminatnya. Karena kan udah lama gak ada event ya. Jadi orang-orang pada mau, apalagi lomba kan,” ujarnya kepada Suaka.  

Saat disambagi di lokasi, Sanggar Lingga dari Tasikmalaya baru saja selesai menampilkan tiga tari, yaitu Tarian Tanjungbaru, Tarian Mojang-Jajaka, dan Tarian Rahwana Gandrung. Salah seorang penari, Asep Gunawan menjelaskan bahwa ketiga tari tersebut memiliki ceritanya masing-masing.

Tarian Tanjungbaru merupakan tarian khas wanita, dengan lagu yang sudah populer. Tarian Mojang-Jajaka atau bisa disebut Moka, merupakan tarian kreasi khas Mojang-Jajaka dari kabupaten Tasikmalaya. Dan tarian Rahwana Gandrung adalah cerita Rahwana yang mengganggu percintaan Rama dan Sinta.

Asep menyampaikan, ia dan teman-temannya tidak memiliki persiapan yang begitu matang. Ia bahkan mengaku sudah lama tidak latihan bersama. Jadi sesampainya di Bandung, mereka langsung melakukan gladi, mengatur tata letak, pola, dan gerakan.

“Takutnya ada kesalahan. Tapi kita kan penari jadi udah tau kalau gerakannya begini-begini. Alhamdulillah dengan persiapan begitu minim, kita bisa menyatukan gerakan kita bersama-sama. Kalau yang sendiri bebas kan. Kalau yang sama-sama kan harus ada chemistry, rasa juga. Jadi tadi Alhamdulillah,” ungkapnya.

Reporter         : Awla Rajul

Redaktur        : Fuad Mutashim

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas