Kampusiana

C59, Tetap Eksis Hingga Saat Ini

Menjamurnya perusahan-perusahaan clothing dan distro-distro di Bandung, tidak membuat nama PT Caladi Lima Sembilan (C59) tenggelam, terbukti produk C59 masih tetap eksis dan menjadi pionir hingga saat ini.

Salah satu cara C59 dalam mempertahankan keeksistensiannya adalah bersaing dengan cara yang sehat. Artinya, perusahaan yang diambil dari nama tempat tinggal pemiliknya yaitu Caladi No. 59 Bandung ini membangun pasar baru atau mencari pasar yang tidak banyak persaingannya seperti pasar-pasar berbasis komunitas.

Berbicara mengenai ekspansi bisnisnya, pendiri sekaligus pemilik C59, Marius Widyarto Wiwied, mengaku dalam mempertahankan bisnis yang telah ia geluti selama 30 tahun ini, ia tidak lagi menggunakan ekspansi sebagai strategi bisnisnya. Ia lebih menggunakan strategi bertahan dengan membangun market sesuai kebutuhan pasar, juga sesuai kemampuan permodalan dan SDM dari perusahaannya.

“Jika ekspansi itu butuh permodalan, persaingan banyak, kompetisi harga sangat tinggi, sumber daya penunjangnya minim karena terpengaruh Tarif Dasar Listrik (TDL) yang naik atau bahan bakunya yang naik,” saat ditemui belum lama ini di showroom C59.

Strategi bertahan ini, kata Wiwied, disesuaikan pada segmentasi pasar C59 yang memang untuk menengah ke atas. Hal ini jadi sangat lumrah karena produk-produk dari C59 berbanding dengan kualitas dan garansi. “Jika segmentasinya menengah ke bawah maka C59 akan sulit bertahan,” kata dia.

Saat ini outlet-outlet C59 yang didirikan oleh Marius Widyarto Wiwied dan istrinya Maria Goreti pada 12 Oktober 1980 ini telah  tersebar di beberapa cabang di kota-kota seluruh Indonesia,  Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Semarang dan Bali. Cabang itu menjadi distributor terhadap outlet-outlet disekitarnya.

Menurut Wiwied, dengan beberapa cabang-cabang tersebut tidak serta-merta membuat omset C59 terus-menerus naik. “Omset C59 tidak pasti, mengalami naik-turun. Yang penting C59 bisa menggaji karyawan dan ada kontinuitas dari perusahaan,” kata Wiwied yang sekaligus menjabat Direktur Utama C59.

Ada dua lini bisnis C59, yaitu retail dan costum made. Retail adalah memasarkan produk C59 yang didesain, konsep cetak dan dipasarkan oleh C59 di showroom-nya dan bekerjasama dengan outlet-outlet di Indonesia. Sedangkan bisnis custom made adalah suatu bentuk bisnis yang dirancang oleh konsumen dengan menciptakan ide, konsep dan desain sendiri.

Indonesian Legend, Produk Unggulan C59

Ciri khas produk-produk C59 adalah multitema, seperti tema otomotif, musik, etnik, pop, ekstrem sport, sport atau image branding yang menonjolkan kreativitas dari logo C59 dengan tema-tema tipografi.

Khusus produk tematik, dari 2007 sampai saat ini produk unggulannya adalah Indonesian Legend. Didalamnya ada sub-sub tema yang menceritakan tentang kondisi Indonesia saat ini, masa lampau dan masa depan. “Disana dikupas juga tentang tokoh, misalnya tokoh legenda di Indonesia yang melekat di masyarakat seperti Soekarno,” kata Creative Designer C59, Widjana.

Sub tema lainnya, kata Widjana, adalah kopi isu. Kopi isu merupakan tema-tema yang disesuaikan dengan isu-isu yang berkembang saat ini misalnya tentang korupsi dan bank century. “C59 menggambarkan situasi itu secara bijak, jika secara tulisan tentunya akan lebih mudah, tapi jika secara visual dalam bentuk rupa apalagi rupa di kaos itu lebih sulit, sehingga C59 lebih mencampurkan antara image dan copy write-nya,” katanya.

Menurut Widjana, setiap kaos-kaos yang bertema Indonesian Legend mengandung pesan-pesan tertentu. Tentunya dalam pesan-pesan itu C59 bersifat non-blok, artinya C59 bersifat netral tanpa memihak blok manapun.

“Misalnya saat C59 membuat kaos tokoh Soekarno, walaupun Soekarno adalah tokoh nasional tapi tetap saja ada yang tidak menyukainya. Nah disitu kita secara bijak memvisualkannya, caranya image-nya dengan foto Soekarno dan copy write-nya dengan menuliskan Soekarno bapak kemerdekaan, jadi bukan Soekarno yang pro atau kontra terhadap sesuatu.”

Dalam membuat produknya C59 selalu berusaha mengikuti zaman, mengikuti keinginan konsumen, tahu apa yang ada dalam benak konsumen dan yang akan jadi trend tahun depan. Serta menonjolkan kreativitas grafis, kreativitas printing, kreativitas material dan kualitas desain untuk menjaga kepercayaan para konsumennya.

“Sudah dari tahun 1980 C59 sebagai pionir, sehingga sebagai Creative Designer C59, tugas saya sebagai grafis tetap harus menjaga kualitas dengan seni grafis dan keoriginalitasannya, misalnya membuat style sendiri yang bisa diikuti contohnya saat mengangkat tema band-band legendaris dan terbukti banyak yang mengikuti,” kata Widjana. []Aida Kania Lugina/SUAKA

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas