
Resimen Mahasiswa (Menwa) UIN SGD Bandung ke-29 tengah menyanyikan mars Menwa setelah satu bulan mengikuti kegiatan orientasi, Jumat (6/2/2015). (Foto: Restia A J)
SUAKAONLINE.COM — Helm lusuh dan kumuh itu tersusun rapi di lantai gazebo. Posisi badan tegap dan baris-berbaris yang rapi, dengan lantang dan semangat para Resimen angkatan ke-29 UIN SGD Bandung menyanyikan mars Menwa setelah diberi komando oleh komandan lapangan. Jumlah mereka tidak banyak, hanya betujuh belas orang yang bertahan dari empat puluh sembilan orang pendaftar sebelumnya.
“ Mau tidur dingin, mau makan kepanasan, Resimen mahasiswa gak pernah malu, para resimen, pasukan baret ungu..” dengan semangat yang tersisa, tujuh perempuan dan sepuluh laki-laki yang tidak lain adalah Resimen baru tersebut dengan lincah memperlihatkan gerakan dan nyanyian mereka kepada khayalak sekitar, Jumat (6/2/2015).
Komandan lapangan kembali menginstruksikan,”Balik kanan, grak..!” para Resimen langsung menuruti intruksi Komandan. Para Resimen yang baru saja menginjakkan kaki pada pukul 00.00 wib itu berjalan mengikuti komandan menuju Auditorium UIN SGD Bandung. Sementara itu di depan Auditorium, deretan kursi dan meja tersusun rapi siap menyambut tamu undangan, serta orangtua Resimen baru sebagai bentuk serah terima dan penutupan kegiatan orientasi.
Di bawah langit cerah tepat pada pukul 08.30 wib upacara dimulai. Dihadiri oleh Wakil Rektor III, Muhammad Ali Ramdani yang bertindak sebagai Inspektor upacara. Begitu pula Bagian Kemahasiswaan, Asep Saepudin Malik turut menyambut kepulangan Menwa. Beberapa staf kepolisian juga turut hadir sebagai tamu undangan.
“Saya bangga dan bahagia,” itulah kalimat yang pertama kali diungkapkan Engkan Handayani kepada Suaka sambil mengusap air mata dengan kerudungnya. Lalu perempuan sederhana itu memandangi putrinya, Nuning yang berbaris diantara anggota Menwa. Engkan adalah salah satu dari beberapa orangtua yang menghadiri upacara penutupan tersebut.
“Anak saya memang suka ikut kegiatan seperti ini, di rumah juga banyak sertifikatnya,” tambah Engkan yang rela datang dari Bogor bersama suami dan dua anaknya yang masih kecil demi melihat sisulung resmi menjadi anggota Menwa.
Sebagai bentuk pengukuhan yang sakral sebagai anggota Menwa, pemasangan Baret Ungu dilakukan langsung oleh orangtua Resimen. Diiringi dengan lagu syahdu, orangtua turun menghampiri anak-anaknya sembari memasangkan baret ungu dan melepaskan helm lusuh dari kepala sang anak. Suasana haru tak mampu terelakkan, tangis pecah disela-sela ritual tersebut. Serentak, semua orangtua memeluk anaknya erat dan larut dalam tetesan air mata di pagi itu.
“Perjuangan kita cukup panjang, hampir satu bulan disiksa, ditempa, fisik dan mental terkuras habis, tapi sekarang kita sudah bisa senang-senang, apalagi mendapatkan baret ungu di kepala ini merupakan suatu kehormatan dan ini tidak bisa dipakai oleh sembarangan orang,” ujar Irfan mahasiswa jurusan Sejarah Peradaban Islam.
Upacara penutupan kegiatan diakhiri dengan simulasi pembebasan sandera oleh para Resimen baru. Hal itu dilakukan untuk memperlihatkan hasil latihan yang telah dijalani oleh para Resimen selama masa didikan yang dilakukan oleh pembina. Entus Riyadly selaku pembina satuan Menwa UIN Bandung mengatakan bahwa kegiatan orientasi seperti ini rutin diadakan setiap tahunnya sebagai latihan fisik dan mental untuk calon anggota Menwa.
“Untuk masuk menjadi Resimen Mahasiswa akan melewati beberapa tahap, termasuk ini. Setelah para peserta mendaftar, peserta kami sebut sebagai calon yang akan kami beri terlebih dahulu pelatihan mental agar tidak terindikasi doktrin apapun. Setelah itu masuk ketahap pelatihan seperti yang telah dijalankan saat ini,” ujar pembina bertubuh tinggi kurus tersebut kepada Suaka saat ditemui di depan Aula baru UIN Bandung.
Entus juga mengatakan bahwa setiap calon anggota Menwa tidak memiliki kriteria tertentu dari segi fisik. Syarat utama setiap anggota harus menjadi Warga Negara Indonesia. “ Peserta harus WNI, karena kita mengikuti Menwa sesuai daerahnya masing-masing. Adapun misalnya orang Thailand yang mampu membayar berapa pun biaya yang kami minta, tetap tidak kami loloskan,” ujarnya.
Resmi Sebagai Menwa
Langit siang bergerak cepat kala para Resimen telah mengganti helm lusuhnya menjadi Baret Ungu dengan perjuangan yang cukup lama. Setelah kegiatan simulasi dalam upacara penutupan tersebut, para Resimen kembali memperlihatkan sisa semangat mereka untuk menyanyikan mars mereka diikuti oleh para senior Resimen sendiri.
Rangkaian acara penutupan pun satu per satu selesai dilakukan, acara ditutup oleh protokol sesaat sesudah foto bersama dilakukan, baik seluruh Menwa dan juga para Resimen bersama orangtua mereka. Rasa bahagia bercampur haru masih terlihat jelas di wajah para Menwa baru UIN SGD Bandung tersebut, penghormatan dengan memberikan selamat pun dilakukan oleh para senior secara bergantian.
Penghormatan dengan ciuman, pelukan hangat pun disampaikan oleh para senior satu per satu kepada para Resimen ke-29 yang telah resmi menjalankan tugasnya pada hari itu. Namun, ada satu hal wajib saat para senior memberi selamat kepada junior Menwa yaitu tamparan. Hal itulah yang dilakukan beberapa senior saat bersalaman, berpelukan, kemudian menampar para anggota junior sebagai ucapan selamat yang luar biasa.
Dengan wajah yang hitam, bau yang tak lagi sedap, Irfan tetap bersemangat menyampaikan harapan kepada para Resimen seperjuangannya. “ saya berharap untuk ke depannya rekan-rekan saya bisa bekerja dengan aktif semua dan kompi BS tetap bisa maju,” ujarnya.
Tidak berbeda jauh dengan Irfan, Ali Ramdani juga menyampaikan harapan yang sama kepada para Resimen baru untuk terus aktif dalam pendidikan baik akademik maupun non akademik. “saya berharap para anggota dapat mengimplementasikan proses pembelajaran yang diterima secara baik dan menjadi insan yang memiliki kemampuan komprehensif yang ditunjukkan lewat kemampuan akademik yang baik,” ujarnya sembari berjalan menuru Gedung Rektorat.
Reporter : Restia Aidila Joneva
Redaktur : Isthiqonita