Sosok

Di Balik Sushi Ala Sunda Pertama di Bandung

Lukman bepose di Warung Sushi Janda miliknya yang berada di Jalan A.H. Nasution, Cibiru, Kota Bandung, Rabu (08/03/2017). (Akhmad Jauhari/ Magang)

SUAKAONLINE.COM – Sushi adalah makanan khas Negeri Sakura dengan penamaan produk yang menggunakan bahasa Jepang. Biasanya makanan tersebut identik dengan olahan mentah dengan rasa yang terkadang kurang cocok dengan lidah orang Sunda. Berbeda dengan biasanya, kini telah hadir olahan sushi ala sunda pertama di Bandung. Sushi tersebut merupakan kreasi dari seorang aktivis Gerakan Indonesia Muda Berbisnis (GIMB) Bandung, Lukmanul Hakim.

Lukman lahir di Bandung, 27 tahun yang lalu. Ia merupakan alumni Pondok Pesantren Persatuan Islam Tarogong Kabupaten Garut ini adalah satu dari sekian banyak pemuda yang mengikuti komunitas pengusaha di Bandung. Selain di GIMB, ia juga aktif di komunitas Tangan Di Atas (TDA) dan Paguyuban Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Lukman terlahir dari keluarga pedagang. Ia yang digadang-gadang akan menjadi satu-satunya yang berkuliah di antara sanak saudaranya justru membanting setir menjadi pengusaha.

Awal perkenalan pria dua anak ini dengan dunia bisnis adalah ketika masih menjadi mahasiswa jurusan Matematika Saintek UIN SGD Bandung. Ketika itu di tahun 2012 ia sedang menyusun skripsi untuk menyelesaikan studinya. Di sela-sela mengerjakan tugas akhir tersebut, ia memiliki banyak waktu luang dan mencoba mengikuti pelatihan di sebuah lembaga pelatihan. Di situlah ia mulai berkenalan dengan komunitas pengusaha di Bandung. “Ternyata ada banyak komunitas pengusaha di Bandung,” ungkap pria asli Cicalengka ini, Selasa (28/02/2017).

Karena merasa jenuh dengan skripsi yang ia garap, ia memutuskan untuk meninggalkan dunia perkuliahan dan fokus menekuni usahanya. Produk-produk pertama yang ia jual adalah seblak, lumpia, cemilan. Tapi bisnisnya tidak berjalan lama. Untuk menyambung hidup, ia tidak ingin mengulangi pengalaman bekerjanya disebuah perusahaan keuangan yang menurutnya penuh dengan tekanan. Oleh karena itu, ia pun memutar otak mengenai olahan apa yang akan ia jual.

Karena kegemarannya traveling dan mencicipi makanan ketika masih menjadi mahasiswa, tercetuslah ide untuk membuat sushi dengan cita rasa khas sunda. Pria yang menikah di tahun 2014 ini sebenarnya tidak memiliki basic memasak. Ia mencoba meracik sushi kreasinya tersebut dengan bertanya tentang resep ke penjual atau supplier sushi yang ia temui. Ada yang mau memberi tahu, ada yang tidak. Selain itu, ia juga memanfaatkan internet untuk mencari resep tersebut. Setelah beberapa kali gagal, ia pun berhasil membuat olahan dasar dari sushi racikannya. “Dasar dari sushi janda ini adalah Shi Kabayan dan Shi Iteung. Dari situlah inovasi-inovasi pun bermunculan,” ujar Lukman.

Saat ini Sushi Janda telah menghasilkan beberapa inovasi yang beragam. Di antaranya adalah Shi Jureng yang merupakan olahan keju yang digoreng, Shi Akiiy yang merupakan plesetan dari teriyaki, juga ada Shi Atun yang berarti abon tuna. Selain itu ada pula olahan nasi goreng yang tampilannya dimodifikasi menjadi seperti sushi yaitu Shi Nasgor, ada pula Shi Seblak yang idenya berasal dari salah satu makanan khas Bandung yaitu seblak. Lukman mengatakan bahwa alasan penamaan produk tersebut unik adalah supaya mudah diingat oleh masyarakat.

Sushi Janda telah mengalami perkembangan yang signifikan sejak dirintis dua tahun yang lalu. Omzetnya pun sudah mencapai 25-30 juta perbulannya. Lukman mencoba mengembangkan sayap bisnisnya dengan membuka jasa catering, mempromosikannya di media sosial, Instagram @sushijanda, dan bekerjasama dengan Go Food Bandung. Dalam menjalankan bisnis ini Lukman tidak sendirian. Selain ditemani istrinya, ia juga memiliki tim berjumlah 6 orang yang kesemuannya adalah mahasiswa. Dari tim tersebut ada yang bekerja di Warung Sushi Janda di Kedai Sabrina samping UIN SGD Bandung, ada pula yang di komplek Bumi Panyileukan Blok D2 No. 5.

Lukman yang merupakan Fasilitator TDA Business School ini menyatakan bahwa Sushi Janda memiliki visi untuk menjadi pelopor sushi ala sunda pertama di Jawa Barat. Ia merencanakan bisnis kuliner yang ia pegang ke depannya akan memaksimalkan 3 hal yaitu retail (menjual eceran), catering dan mitra. Ia tengah mematangkan konsep mitra tersebut supaya bisa cepat disebar dan dimanfaatkan untuk siapa saja yang hendak bekerjasama memasarkan Sushi Janda ke pelosok Jawa Barat. Mitra tersebut ia harap kelak dapat menjadi penolong untuk para calon pengusaha muda dalam memulai bisnisnya. “Untuk yang ingin bermitra dengan kami, nanti bahan baku beli ke kami, kami latih cara menjual dan manajemennya,” tuturnya.

Lukman juga mengungkapkan beberapa saran untuk calon pengusaha muda. Di antaranya adalah untuk fokus terhadap bisnis yang digeluti serta siap meninggalkan zona nyaman. Ia juga menganjurkan supaya mengikuti mentoring bisnis yang diadakan komunitas pengusaha. Di komunitas tersebut calon pengusaha akan mendapatkan banyak panduan dalam menjalankan usahanya seperti cara mengatur sistem bisnis, membuat SOP (Standard Operational Procedure), serta mengatur keuangan.

Meskipun sudah menjadi pengusaha, ia tidak merasa sia-sia dengan pengalamannya yang pernah menempuh kuliah. Ia mengaku cara berpikirnya menjadi maju, lebih dewasa, serta terarah, akibat ditempa di perkuliahan. Begitupun dengan jurusan Matematika yang pernah ia dalami. “Inti dari matematika itu adalah menyelesaikan masalah. Hal itu sangat membantu ketika menemui kendala saat berbisnis. Jadi bisa memperinci, mengarahkan dan mengatur masalah tersebut supaya dapat dicari solusinya,” pungkasnya.

 

Reporter: Akhmad Jauhari/ Magang

Redaktur : Dadan M. Ridwan

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas