Jari tengah teracung perkenalkan diri
Pelupuk mataku tak pernah biru saat memandangmu
Sering kali air liurmu mengucur
Najis, bagiku jika aku tadahi
Kau bangunkan identitas kosong
Tak ada gairah untuk puja dirimu
Kenapa harus telanjang di belakang muka kita?
Kami butuh keterbukaanmu
Jangan biarkan sajak ini sentuh dirimu
Jika tidak, darah akan mengalir di tubuhmu
Telunjuk tanganmu kau jadikan senjata
Kami tertunduk jika melihatnya
Laksana, api yang akan bakarkan diri
Andaikan kau pegang tangan kami, tak akan begini!
Duduk bersama ditempat perasingan
Semua dibawah dan sama rata
Tak ada dengki atau iri
Kami rindu kamu yang dulu
Karena kursimu, kamu gudah?
Luapkan saja, pada sajak-sajak ini
Seperti halnya dulu!
Jilat telapak kaki kami
Maka akan kami maafkan
Dan sekarang sajak pun ikut bicara