Hukum dan Kriminal

Diskusi Reformasi di Korupsi, Politik Anak Muda Pasca Reformasi

Sejumlah gabungan elemen masyarakat merefleksikan pasca reformasi dalam serial diskusi ‘reformasi dikorupsi’ berjudul “These Streets is our; Politik Jalanan Orang Muda Pasca Reformasi” di LBH Bandung, Jalan Terusan Jakarta, Antapani, Bandung. Jum’at (27/5/2022). (Foto: Ucha Mutiara Anggela/Magang)

SUAKAONLINE.COM – Lembaga Bantuan Hukum (LBH) berkolaborasi dengan Aksi Kamisan Bandung mengadakan diskusi dalam reformasi dikorupsi bertajuk “These Streets is Ours; Politik Jalanan Anak Muda Pasca Reformasi” di Kantor LBH Bandung, Antapani, Bandung Jum’at (27/5/2022). Kegiatan diskusi ini diikuti oleh masyarakat sipil dan aktivis perempuan sebagai pemandu kegiatan tersebut.

Dalam merefleksikan 24 tahun reformasi, Koordinator kampanye LBH Bandung sekaligus moderator diskusi, Heri Pramono menyampaikan tujuan dari kegiatan ini bukan hanya untuk memperingati hari reformasi di bulan Mei saja. Namun juga untuk merefleksikan dalam gerakan anak muda. “Kita juga ingin merefleksikan tentang gerakan anak muda dari aksi-aksi kegiatan politik sekarang yang banyak direspon oleh kaum muda,” jelasnya saat diwawancarai, Jum’at (27/5/2022).

Ia juga menjelaskan reformasi yang dialami oleh rakyat belum sepenuhnya reformasi untuk rakyat. Adanya perlakuan represif aparat menjadi pembatas untuk menggambarkan demokrasi di Indonesia. Bahkan aksi dan tindakan heroisme yang terjadi selalu menggaungkan permasalahan kekuasaan.

Selain itu, menanggapi aksi-aksi penjaga reformasi, ia memaparkan bahwa kini banyak platform yang dapat digunakan untuk bisa menyuarakan ketidakadilan. “Sebenarnya tidak harus aksi, sebab kita punya banyak platform untuk bisa menyuarakan ketidakadilan, mengkampanyekan kesejahteraan masyarakat. Sekarang kan juga banyak platform entah itu dari media sosial, entah itu dari beberapa gerakan alternatif yang lainnya,” ujarnya. 

Salah satu peserta diskusi, Nitasya mengutarakan adanya diskusi ini agar merawat memori sejarah supaya membangun perjuangan baru pasca reformasi. Ia pun turut berkomentar mengenai anak muda saat ini yang harus mulai adaptif dengan perkembangan zaman.. “Cobalah untuk se-adaptif mungkin, karena kita tidak bisa terjebak dalam romansa gerakan-gerakan tradisional, mungkin dulu bisa digunakan, namun pada akhirnya kita mencoba menyesuaikan diri,” lanjutnya.

Kendati demikian, Nita berpendapat demokrasi yang berlangsung saat ini belum sepenuhnya memihak kepada masyarakat. Membaca kebijakan yang dikeluarkan adalah hal krusial, sehingga berkemungkinan besar bahwa kebijakan tersebut menjadi jebakan bagi rakyat. Apalagi menyoroti aksi yang marak terjadi, ia menuturkan,

Ia juga mengatakan perlawanan melalui aksi mahasiswa merupakan bentuk kesadaran melawan ketidakadilan. “Aksi ini merupakan ajang eksistensi bahwasanya masih ada yang mencoba melawan ketidakadilan. Bagi kita yang masih memiliki kesadaran politis hal tersebut merupakan sebuah perlawanan,” pungkas Nita.

Reporter : Mohamad Akmal Albari dan Ucha Mutiara Anggela/Magang

Redaktur : Fitri Nur Hidayah/Suaka

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas