Lintas Kampus

Di Balik Reruntuhan, Duka Korban Bencana Longsor Cipongkor

Salah satu warga terdampak longsor, Alis duduk bersama cucunya di depan ruang kelas Sekolah Dasar Negeri (SDN) Padaketi, Desa Cibenda, Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jumat (29/3/2024). (Foto: Mohamad Akmal Albari/Suaka).

SUAKAONLINE.COM – Alis (50) terduduk di luar posko penampungan korban terdampak bencana tanah longsor di Desa Cibenda, Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jumat (29/3/2024). Alis setia menimang cucunya yang berusia dua tahun yang tidak berhenti menangis sejak bencana longsor terjadi.

Unggal gugah bobo, teu weleh ngadat hoyong uih. Abi sareng ibu ramana sadayana ge bingung, bade uih kamana da bumina tos rata sareng taneuh (Setiap kali bangun tidur, dia suka menangis dan merengek-rengek minta pulang, orang tuanya bingung, tentu saya juga bingung. Mau pulang kemana kalau rumah sudah rata dengan tanah),” lirih Alis.

Di tengah kepanikan yang melanda, Alis bersama ketiga cucunya dengan kondisi kaki terendam lumpur tergopoh-gopoh menjauhi lokasi, mereka segera dapat ditemui dengan cepat oleh tim evakuasi. Alis tak menyangka, bencana yang biasa terlihat dalam televisi, dialami secara langsung olehnya.

Bencana longsor yang terjadi Senin (25/3), mengakibatkan dua desa diterjang reruntuhan tanah yakni Desa Cibenda dan Desa Sirnagalih. Terdapat 30 rumah dan 2 mushola rusak, serta 527 warga terdampak. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menurunkan Dana Siap Pakai (DSP) untuk operasional penanganan sebesar Rp 550 juta sebagaimana mengutip bnpb.go.id.

Malam sebelum kejadian, suami dan anak laki-lakinya belum kembali ke rumah seusai salat tarawih. Sementara Alis beserta ketiga cucunya yang masing-masing berusia 10, 6 dan 2 tahun tengah terlelap. Sesaat kemudian, tanah mulai bergemuruh, ia dengan sigap membawa ketiga cucunya keluar rumah.

Pasca kejadian, bermacam bantuan datang cukup sigap untuk menanggulangi warga terdampak, 8 posko pengungsi didirikan secara berkala dan bantuan pangan mulai didatangkan. Ketua Posko dapur umum Taruna Siaga Bencana (Tagana), Saleh mengatakan ada 700 makanan per hari dalam jangka waktu darurat 14 hari, dan 50 porsi makanan untuk anak usia 6 bulan – 5 tahun di waktu siang.

Alis turut menanggapi terkait bantuan tersebut dikarenakan kebutuhan lain seperti halnya sandang, masih belum terpenuhi secara optimal untuk membantu korban terdampak. Menurutnya, bantuan sandang itu penting, tetapi bantuan yang paling diharapkan oleh korban terdampak adalah turun tangan pemerintah terkait biaya pembangunan.

 “Pami bantosan acuk mah nya aya, mung teu carekap di anggona, janten ti saprak kajantenan dugi ka ayeuna ge abdi mah teu gentos mung di seseuh teras dianggo deui (Sebetulnya bantuan sandang sudah ada, tapi kebanyakan ukuran besar dan gak cukup saya pakai. Jadi dari semenjak kejadian hingga sekarang, saya belum ganti baju dan pakai baju saya yang dicuci, kering, pakai),”  ungkap Alis.

Selaras dengan Alis, Jalaludin (40) turut mengungkapkan keresahan hatinya. Pasca terjadi bencana longsor,  Ia membagikan berbagai cerita pilu yang dirasakan para korban. Terlebih di waktu-waktu menyambut suka cita Hari Raya ini, warga Desa Cibenda harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa mereka tak lagi memiliki atap untuk bernaung.

Menurut kesaksian Jalaludin, hingga kini ia tak dapat tenang melalui malam, sebab masih dihinggapi ketakutan kalau-kalau tanah yang ia tempati kembali meluruh. “Janten serba was was di wanci ayeuna ayeuna teh, kusabab pami turun hujan taneuh urug deui wae (Jadi sering khawatir sekarang sekarang ini, karena setiap turun hujan otomatis longsoran tanahnya turun lagi),” tuturnya dengan suara lirih.

Ia juga berharap adanya bantuan pembangunan dari pemerintah secepatnya. “Mugi-mugi kapayunna dongkap bantosan kanggo ngalereskeun deui bumi ti pamarentah, Sadaya ge bingung janteunna seeur emutan bahkan dugi ka putus harepan sareng pasrah (Semoga kedepannya bantuan tunai untuk pembangunan rumah segera turun dari pemerintah, karena kami semua merasa putus harapan hingga pasrah),” ungkapnya

Di balik kisah yang dialami warga korban bencana, mereka masih tetap bertahan dalam berbagai keresahan dan senantiasa berupaya untuk saling menguatkan satu sama lain. Harapan warga pemerintah dapat sigap dalam menanggapi keresahan dari warga korban bencana longsor  agar berbagai ketakutan yang dirasakan dapat segera teratasi.

Merujuk pada laporan yang dikeluarkan oleh Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB, Jumat (29/3) menyebutkan bahwa di Kecamatan Cipongkor tercatat tujuh orang meninggal dunia, dua orang selamat dan tiga warga yang hingga kini masih dalam proses pencarian oleh Tim SAR Gabungan.

Reporter: Hasna Zahra Annabilah/Magang.

Redaktur: Zidny Ilma/Suaka

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas