Lintas Kampus

Jaka Tarub Modern Ala Kabaret Smile

Pertunjukan Jaka Tarub dari Kabaret Smile, di Auditorium Kedung Kesenian Bandung,Sabtu (21/2/2015). (Foto: Hasna Salma/ Magang)

Pertunjukan Jaka Tarub dari Kabaret Smile, di Auditorium Kedung Kesenian Bandung,Sabtu (21/2/2015). (Foto: Hasna Salma/ Magang)

SUAKAONLINE.COMBandung, Sekitar pukul delapan pagi, pelataran Rumentang Siang Gedung Kesenian Jawa Barat mulai dipadati kerumunan penonton. Mereka menunggu pementasan Jaka Tarub dari Kabaret Smile, Sabtu (21/02/2015). Selang beberapa menit pintu menuju Auditorium terbuka, penonton berhamburan berlomba mencari posisi yang nyaman, terlihat panitia ikut membantu merapikan dan sebagian besar penonton duduk lesehan menghadap panggung .

Tidak banyak properti yang digunakan, hanya pagar-pagar hitam dari sterofom dan tanaman hijau yang disimpan tepat disamping pagar, layaknya pedesaan yang minim bangunan. Tiba-tiba sekelompok anak desa memasuki panggung, ceritanya mereka sedang berlatih bela diri dengan Ibunda Jaka Tarub, sembari diiringi musik dan tarian. Pembukaan tersebut berhasil menyulut perhatian penonton, sorak sorai dan tepuk tangan menggema di ruangan.

“Aku datang kemari untuk mengambil upeti. Aku tidak mau tahu. Upeti harus aku dapatkan sebanyak satu juta miliar dolar!” ujar seorang lelaki dengan pakaian tebal dan lusuh bernama J.O.N, ia adalah ketua dari kelompok barbar yang selalu meminta upeti di setiap desa, tidak terkecuali Desa Tarub.

Ibunda Tarub tidak menolak, dia dan anak-anak desa yang tengah berlatih melawan, pertempuranpun tidak bisa dihindarkan. Naas, kelompok barbar terlalu kuat untuk ditandingi. Ibunda Tarub dan anak didiknya tidak terselamatkan.

Lalu Jaka Tarub datang dari pemburuannya untuk mencari makanan. Dia lemas ketika hendak melangkah, disambut dingin oleh mayat anak-anak desa dan ibunda yang tergeletak. Tirai panggungpun ditutup dengan perlahan, diiringi musik yang menambah kesan suasana duka. Kini, ruangan sepi tak ada sorak sorai dan tepuk tangan.

Tidak menunggu lama setting panggung telah diubah, menggambarkan keindahan air terjun yang dibuat dari dua sterofom cukup tinggi menyerupai tebing, aliran air dari sehelai kain biru muda, tanaman hijau, serta bebatuan sekitar aliran air terjun. Disana ada tujuh bidadari yang hendak pergi setelah berenang.

“Ka selendang aku  mana ya? Tadi aku simpan disebelah sana,” ucap salah satu bidadari majahnya menyiratkan kecemasan seraya menunjuk ke arah bebatuan yang ada. Bidadari yang bernama Nawangwulan ditinggalkan enam saudaranya yang hendak pulang menuju kayangan karena hari mulai senja. Tanpa selendang, bidadari tak bisa pulang.

Jaka Tarub datang dan secara tidak sengaja berpapasan Nawangwulan. Pandangan Pertama milik Slank menghiasi pertemuan antara Jaka Tarub dan Nawangwulan, Auditorium kembali riuh. Mendengar cerita Nawangwulan, Jaka Tarub tergerak menolong Nawangwulan. Singkat cerita, Jaka Tarub melamar Nawangwulan untuk dipinang. Lalu lagu Kahitna Pertama dan Terakhir menjadi soundtrack proses lamaran Jaka Tarub.

Tidak lama kemudian, Nawangwulan merasa mulas pertanda akan melahirkan anak pertamanya. Dengan bantuan warga, Nawangasih lahir ke dunia. Anak usia belasan tahun yang memiliki badan mungil berperan menjadi anak Jaka Tarub yang baru saja dilahirkan Nawangwulan. Penonton terbahak-bahak melihat anak yang baru lahir sebesar itu, apalagi dia sudah bisa berdiri dan jingkrak-jingkrak mengikuti irama dengan berenergi.

“Aaaahhhh, ini selendangku yang hilang beberapa tahun lalu,” teriak Nawangwulan sembari memperlihatkan selendangnya kepada Jaka Tarub. Perempuan itu geram terhadap suaminya yang ternyata pencuri, ia bertekad kembali ke tempat asal mulanya, Jaka Tarub tidak terima, adu mulut tidak terhindarkan.

Kelompok barbar kembali untuk menagih upeti. “Kami adalah barbarian bukan babarian! Kami kembali ingin mengambil hak kami berupa upeti sebesar satu juta miliar dolar, ” ucap J.O.N diikuti ketawa liciknya. Namun sayang, Jaka Tarub tidak bisa memberikan upeti dan meminta waktu karena keadaan desa yang sedang dilanda musibah kekeringan.

“Kamu boleh saja tidak membayar upeti. Tapi, berikan istrimu untukku agar aku bisa menikahinya!! Jika tidak, Desa ini akan hancur dalam seketika!! Ha..ha..ha,” ujar si barbar. Seketika ucapannya itu pun mengundang amarah besar dari Jaka Tarub. Jaka Tarubpun menyerang mereka yang beranggotakan lebih dari sepuluh orang. Dengan cekatannya, ia bisa melumpuhkan satu persatu lawan, dan Jaka Tarub berhasil menewaskan J.O.N.

Dengan lemas, Jaka Tarub terjatuh ke lantai panggung dan menundukkan kepala. Nawangasih lari menghamipirinya dan memeluknya erat. Lagu Cita Sejati milik Yovie pun mewakilkan perasaan Jaka Tarub kepada Nawangwulan. Namun Nawangwulan menjawabnya dengan lagu Sherina berjudul ada. Akhirnya Kasih tak Sampai-nya Padi mengiringi nasib Jaka Tarub.

“Dengan diangkatnya Jaka Tarub sebagai judul pamentasan kali ini, diharapkan para remaja terkhusus anak sekolah mampu mengenal tokoh yang ada di Indonesia dan menanamkan keingintahuan mereka terhadap legenda yang ada. Pesan moril dari pementasan kali ini adalah kita harus menjadi pribadi yang jujur dan patuh kepada orang tua,” ujar pelatih Kabaret Smile yang menjadi sutradara dalam cerita Jaka Tarub, Rully Badannudin Jirul Kasa, ketika Suaka menemuinya di belakang panggung.

Reporter             : Isma Dwi Ardiyanti, Hasna Salma/Magang

Redaktur            : Isthiqonita

4 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas