SUAKAONLINE.COM,- Berawal dari sekadar suplemen di tabloid Suaka pada 2010 lalu, kini Fresh menjadi salah satu bagian produk LPM Suaka yaitu majalah mini Fresh. Lahirnya majalah mini Fresh bermula dari keresahan salah pengurus Suaka yang berasumsi semua anak muda UIN SGD Bandung memiliki ketertarikan dengan isu yang disajikan pada suplemen Fresh.
“Tentunya Fresh dengan ciri khas kesuakaannya. Tema besarnya generasi layar dan fokusnya ke smartphone. Kita semua tau smarthphone sangat dekat dengan kita, kita bahkan bergantung. Sayangnya kita diperbudak oleh smartphone,” ungkap Pemimpin Redaksi LPM Suaka Isthiqonita dalam acara Kongko Suaka bertajuk ‘Diskusi Media Populer Sebagai Pergerakan Mahasiswa dan Launching Majalah Mini Fresh’, Kamis (13/10/2016) di Koperasi Mahasiswa (Kopma) Student Center lantai satu.
Telepas dari kajian majalah mini fresh, menurut pendiri Panditfootball.com Zen RS sebenarnya membicarakan dampak negatif efek teknologi bukanlah wacana baru. Pada dasarnya kemunculan teknologi kerap dicurigai. Ketika muncul hal baru, masyarakat cenderung secara otomatis selalu mempermasalahkan baik dan buruknya.
Ia mengatakan seorang revolusioner abad sekarang boleh jadi merupakan seseorang revolusioner. Karena berhasil mempersoalkan informasi dan memaksimalkannya untuk kepentingan banyak orang. “Yang harus kita lakukan saya kira melihat peluang-peluang itu. Tidak usah mempermasalahkan teman-teman kita yang sering disindir sebagai tukang nunduk karena main dengan smartphonekarena itulah kenyataan sosial,” kata Zen. Kini yang mesti diusahakan ialah mengajak generasi gadget keluar dari individualitasnya dan berbicara untuk kepentingan bersama.
Kongko Suaka merupakan salah satu program kerja Penelitian dan Pengembangan (Litbang) LPM Suaka, untuk meningkatkan budaya kajian nalar tentang hal-hal yang sedang terjadi. Menurut ketua pelaksana Galih Muhammad, kegiatan tersebut sebagai upaya meningkatan budaya diskusi di kampus.
“Mahasiswa sekarang sudah dikendalikan oleh media sosial yang tidak produktif. Padahal kita seharusnya mengendalikan media sosial sebaik mungkin, media sosial juga bisa menjadi sarana pergerakan mahasiswa kalau kita lebih cermat lagi,” tutup Galih.
Reporter : Ismail Abdurrahman azizi
Redaktur: Ibnu Fauzi