Puisi

Mendaki Sendiri

Ilustrasi: M. Shibgoh Kuncoro P/Suaka

Oleh: Muhamad Seha*

Aku sendiri,

Di tengah bangku yang dijejali nama.

Tak ada wajah,

Tak ada yang bernyawa.

 

Mereka hilang,

Bak orang yang ingin dikenang,

Di balik “sesudah dikerjakan, nanti dikumpulkan”

Semua semu dan memang menipu.

 

Teman? Satu kata yang tak tau makna,

Yang diam saat kubuka suara.

Tak ada bahu, tak ada peluh,

Hembusan nafas pertanda mengeluh.

 

Tugas menggunung,

Semua kutanggung.

Sampai punggungku nyeri,

Sampai malam tak lagi kupeduli.

 

Dosen datang… terkadang,

Selayang kertas yang bikin senang

Dari mana terlukisnya angka itu?

Tak ku tanya, memang begitu.

 

Aku mendaki,

Menapaki kelas yang sunyi.

Tembok-tembok dingin tanpa gema.

Tanpa alunan diskusi dan retorika

 

Nilai datang seperti tamu tak diundang.

Lambat, Tapi aku tegang.

Aku menanti yang tak pasti

Nilai yang muncul kadang sesuka hati

 

Aku mendaki sendiri,

Bukan karena hasrat puji.

Tapi karena dipaksa sistem yang menjebak,

Di tanah yang tak mau kubajak.

 

Kampus ini bukan rumah,

Hanya tempat singgah yang memberi arah.

Seharusnya.

Tapi ku tak merasakannya.

 

Aku pulang,

Namun masih bimbang.

Keluarga berharap ilmu,

Aku berlinang ragu.

 

*Penulis merupakan mahasiswa jurusan Hukum Pidana Islam 2024 serta anggota magang LPM SUAKA*

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas