Puisi

Ramadan di Perantauan

 

Ilustrasi: Triska Yulianti/Suaka

Oleh: Risalatul Hasanah*

Bulan yang dirindukan telah tiba

Membawa kebahagiaan untuk kita yang menantikannya

Setiap umat Muslim beribadah saling berlomba-lomba

Mengharapkan ridho dan pahala dari Sang Maha Kuasa

Dibalik itu….

Banyak anak rantau yang hanya bisa termenung

Membayangkan betapa hangatnya sahur sambil bercengkerama dengan keluarga

Menantikan azan subuh sambil menahan kantuk yang menjajah mata

Memikirkan betapa nikmatnya berbuka, dengan kericuhan berebut gorengan dan kurma

Lalu bergegas ke masjid dengan sarung dan mukena

Tahun lalu, ku genggam dan cium tangan kedua orang tua

Dengan mengharap maaf dan ampunan atas banyaknya dosa

Namun, kini yang ku lakukan hanya menatapi layar yang menampilkan wajahnya

Lalu bersyukur masih bisa mendengar merdu suaranya

Ramadan…

Kedatangan bulan yang dirindukan

Membuahkan rindu yang semakin tak tertahankan

Aku rindu, sahur ku yang dibangunkan

Aku rindu, berbuka dengan hasil masakan rumah yang selalu terngiang-ngiang

Mungkin ini konsekuensi sebuah pilihan

Berteman dengan pikiran yang memiliki seribu satu pertanyaan

Tapi aku bangga sudah mampu bertahan

Walau dirangkul rindu yang selalu datang memantau keadaan

Jika kini ramadhan ku sendirian

Semoga kehangatan membersamai di hari kemenangan

Agar ku lihat senyuman yang selalu ku rindukan

Agar ku rasakan peluk yang selalu dinanti-nantikan

 

*Penulis merupakan mahasiswa jurusan Tasawuf dan Psikoterapi semester duan dan merupakan anggota magang LPM Suaka

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas