Lintas Kampus

Mengenang Satu Tahun Tragedi Bentrok Polisi dengan Warga Dago Elos

Warga Dago Elos menggelar aksi dengan tajuk “1 tahun Tragedi Brutalitas Aparat Kepolisian” di Jalan Dago, Kota Bandung, Rabu (14/8/2024). (Foto: Mujahidah Aqilah/Magang).

SUAKAONLINE.COM – Senin, 14 Agustus 2023 menjadi malam mencekam bagi warga Dago Elos. Gas air mata ditembakkan, bentrokan semakin tak tertahan, hingga aparat kepolisian yang merangsek masuk rumah warga. Satu tahun sudah tragedi yang terjadi di Terminal Dago, Jl. Ir. H. Juanda ini menghantui warga Dago. Kejadian berawal saat pagi (14/8/2023) warga melaporkan kasus tindak pidana sengketa tanah ke Polrestabes Bandung. Namun, laporan itu ditolak.

Pelaporan berjalan alot hingga malam hari dan berakhir penolakan. Warga yang kecewa memblokade ruas Jl. Ir. H. Juanda dan polisi datang ke tempat hingga akhirnya gas air mata dilemparkan dan bentrokan dengan warga tak bisa dihindarkan. Warga yang juga banyak ibu-ibu dan anak-anak berhamburan melarikan diri, sebab polisi pun memaksa masuk ke rumah warga.

Nyatanya, bukan hanya malam yang mencekam, melainkan mereka harus menghadapi perlakuan tidak baik saat pelaporan. Salah satu warga Dago Elos, Lia mengaku mendapat tindakan penindasan dari kepolisian. Waktu itu, ia memaksa masuk pekarangan Polrestabes Bandung untuk meminta kejelasan alasan penolakan laporan. Kemudian, dirinya dihadang polisi hingga akhirnya memutuskan keluar. Saat itu pun, keadaan menjadi tidak terkendali dan ricuh, Lia mendapat caci maki dan mengaku melihat oknum polisi mengeluarkan senjata tajam berupa pistol.

“Begitu nyampe di luar, salah seorang oknum polisi langsung memaki-maki saya, ngatain saya anjing ‘gara-gara kalian anjing’ katanya. Kalau gak dipegangin sama polisi yang lain mungkin saya bisa saja dipukul gitu. Akhirnya sampai ada, pokoknya pas udah kondisi itu benar-benar chaos (kacau –red). Terus ada salah satu oknum polisi lain ngeluarin senjatanya. Terus di situ saya berteriak ‘eh ngapain kamu ngeluarin senjata?’. Akhirnya dia masukin lagi senjatanya,” katanya, Kamis (15/8/2024).

Lia menambahkan bahwa polisi yang merupakan alat pemerintah tidak lagi melakukan tindakan yang membahayakan masyarakat. Melainkan harus bisa mengayomi dan memberikan perlakuan yang manusiawi. “Saya berharap pihak-pihak aparat kepolisian atau pemerintah setidaknya tugasnya itu dibarengi dengan hati lah gitu. Jangan semena-mena ke kita-kita yang orang awam, warga sipil gitu kan,” ujarnya.

Dalam rangka merawat ingatan akan kejamnya tindakan kepolisian terhadap penduduk Dago Elos, Rabu (14/8/2024) warga mengadakan acara atas satu tahun tragedi bentrok itu. Kegiatan yang bertajuk “1 Tahun Tragedi Brutalitas Aparat Kepolisian” ini menghadirkan beberapa rangkaian acara, diantaranya aksi kampanye, salat istighosah, penayangan film tragedi 14 Agustus 2023, hingga refleksi.

Ketua Forum Dago Melawan, Angga mengatakan bahwa acara tersebut bertujuan untuk mengenang peristiwa 14 Agustus tersebut sekaligus membangkitkan kembali semangat para warga Dago Elos atas perjuangan yang tentu masih panjang, juga untuk memperingati tindakan yang dilakukan polisi terhadap masyarakat khususnya warga Dago Elos. 

“Kita mengingat kembali bahwa brutalitas aparat itu tidak bisa dilupakan dan memang harus menjadi kasus yang seharusnya diusut secara tuntas. Bukan hanya di Dago Elos tapi juga di daerah-daerah lain karena selama ini apa yang kita nilai mengenai brutalitas aparat selalu  menjadi hal yang seolah-olah dilupakan dan dibiarkan begitu saja,” ujar Angga saat diwawancara lewat telepon.

Reporter: Annisa Nur Haifah dan Mujahidah Aqilah/Magang

Redaktur: Nia Nur Fadillah/Suaka

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas