Kampusiana

Polemik Arak-Arakan di PBAK 2025

Mahasiswa UIN SGD Bandung sedang melakukan arak-arakan jurusan pada hari kedua Pengenalan Budaya dan Akademik (PBAK) 2025 di kampus 1 UIN SGD Bandung, Selasa (27/8/2025). (Doc. Suaka)

SUAKAONLINE.COM – Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2025 di UIN SGD Bandung kembali diwarnai dengan arak-arakan jurusan pada Rabu (27/8/2025). Kegiatan yang berlangsung 26–28 Agustus ini menampilkan kreativitas mahasiswa lama dalam menyambut mahasiswa baru (maba).

Arak-arakan sudah menjadi tradisi tahunan yang selalu hadir di setiap PBAK. Suporter jurusan Sastra Inggris, Muhammad Zulfan, menyebutkan kegiatan ini bertujuan mempererat ikatan antar mahasiswa. “Agar maba tidak merasa sendirian atau tersingkirkan, sekaligus memperkenalkan jurusan Sastra Inggris,” ujarnya, Rabu (27/8/2025).

Salah satu mahasiswa baru Nabila Aninda Rahma mengatakan bahwa arak-arakan sebagai ajang ekspresi, juga dianggap mampu mengurangi kejenuhan mahasiswa baru yang seharian mengikuti rangkaian kegiatan di dalam ruangan. “Karena mendengarkan penjelasan dari pagi bikin ngantuk, dengan adanya ini semangat kita bisa kembali lagi dan seru aja,” katanya.

Namun, di sisi lain arak-arakan kerap dianggap mengganggu jalannya acara resmi. Koordinator lapangan jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI), Fazri Putra Maja, menilai kondisi kurang kondusif sebenarnya sudah muncul sebelum arak-arakan berlangsung. “Tempat maba terpisah-pisah, mereka juga sudah jenuh sejak pagi. Jadi arak-arakan lebih sebagai hiburan, bukan penyebab acara jadi tidak teratur,” ucapnya.

Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas (Dema-U) UIN SGD Bandung, Hamiddudin Nasir, menegaskan arak-arakan bukan faktor utama yang membuat PBAK tidak kondusif. Menurutnya, keterbatasan lahan kampus untuk menampung seluruh mahasiswa baru menjadi persoalan mendasar. “Kita tidak bisa menyalahkan arak-arakan, karena itu bentuk ekspresi penyambutan maba,” ucapnya.

Meski begitu, pihak Dema-U mengaku pernah mengusulkan adanya satu hari khusus untuk arak-arakan agar lebih terorganisir dan tidak bertabrakan dengan agenda resmi. “Sejak tahun lalu sudah kita ajukan, tapi usulan itu tidak disetujui,” tambah Hamiddudin.

Kepala Bagian Kemahasiswaan, Wawan Gunawan, mengatakan durasi PBAK tidak bisa ditambah karena keterbatasan anggaran. Menurutnya, meski hanya berlangsung tiga hari, pelaksanaan PBAK 2025 relatif lebih kondusif dibanding tahun-tahun sebelumnya.

“Sebenarnya kalau ada anggaran saya juga mau mengusulkan PBAK selama lima hari, tapi karena nantinya akan memakan banyak anggaran jadi kita adakan seperti biasa saja tiga hari, dan dari yang saya lihat tahun ini PBAK lebih kondusif maba juga masih banyak yang di dalam ruangan sampai sore,”tuturnya.

Reporter: Nurul Hikmah Azzahro/Magang

Redaktur: Guntur Saputra/Suaka

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas